Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menguak Sejarah Kelam Penjara di Galapagos dan Keberadaan Tembok Air Mata

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Papan informasi, Wall of Tears (Muro de las Lágrimas), Isla Isabela, Islas Galápagos, Ekuador

TRIBUNTRAVEL.COM - Kepulauan Galápagos terkenal dengan keanekaragaman flora dan faunanya.

Kepulauan Galápagos dipopulerkan oleh Charles Darwin selama pelayaran Beagle, hingga akhirnya mengarah pada perkembangan teorinya tentang seleksi alam dan evolusi.

Saat ini, pulau-pulau dan perairan di sekitarnya merupakan taman nasional yang dilindungi dan cagar laut biologis, serta Situs Warisan Dunia UNESCO.

Selain menawarkan keindahan, kepulauan Galapagos juga memiliki sejarah kelam.

Pada 1832, Kepulauan Galapagos dianeksasi oleh Kolonel Ignacio Henandez dan kepulauan tersebut menjadi bagian dari Republik Ekuador, TribunTravel melansir dari amusingplanet.

Segera setelah itu, penjara didirikan di kepulauan Galapagos.

Lokasinya yang terpencil menjadi alasan pendirian penjara.

Tahanan dari daratan utama dipindahkan ke pulau-pulau di Kepulauan Galapagos dan dipaksa bekerja di ladang pertanian.

Muro de las Lágrimas, Isla Isabela, Islas Galápagos, Ekuador (Torbenbrinker / CC BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0))

Tahanan pertama adalah tentara yang diasingkan yang dikirim jauh dari rumah karena mengambil bagian dalam upaya kudeta yang gagal di Ekuador.

Tetapi kondisi kehidupan yang mengerikan mengakibatkan sejumlah pemberontakan pada 1952 yang berakhir dengan kegagalan.

Sejumlah upaya dilakukan untuk menetap di Kepulauan Galapagos tetapi tidak ada yang berhasil.

Manuel J. Cobos, yang membawa narapidana dan buruh kontrak untuk bekerja di ladang tebu dan perkebunan kopinya, dibunuh oleh pekerjanya sendiri.

José Valdizán yang memperoleh kontrak selama 12 tahun dari pemerintah Ekuador untuk mengekstraksi anggrek dari Galapagos, meninggal selama pemberontakan pada 1878.

Papan informasi, Wall of Tears (Muro de las Lágrimas), Isla Isabela, Islas Galápagos, Ekuador (Torbenbrinker / CC BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0))

Menjelang akhir Perang Dunia Kedua, pemerintah Ekuador mendirikan penjara brutal lainnya di pulau Isabela.

Pada 1946, 300 tahanan dipindahkan ke Isabela dan dipaksa untuk membangun tembok batu yang tidak berguna sebagai bentuk hukuman.

Halaman
12