Macan tutul tersebut dapat terlihat berkeliaran di bebatuan atau kuil-kuil Devi yang terdapat di lebih dari 10 desa.
“Banyak turis terkejut ketika mereka melihat macan tutul bergerak bebas di sekitar kuil desa, bahkan ketika pendeta melakukan ritual hariannya. Tapi begitulah kehidupan di Bera,” kata Deora.
Karena populasi macan tutul yang berkembang pesat, paket safari lokal disertai dengan jaminan 'Temukan macan tutul atau uang Anda kembali'.
Terlepas dari peningkatan jumlah wisatawan, peneliti, dan ahli burung yang berkunjung ke Bera selama bertahun-tahun, tidak ada laporan serangan macan tutul terhadap manusia di Bera selama lebih dari satu abad, kecuali satu anak yang diculik sendirian.
Bahkan, macan tutul dengan cepat meninggalkan anak itu dan berlari kembali ke semak-semak.
Dinamika antara manusia dan hewan ini tentu sangat unik di India.
Di wilayah India lainya, macan tutul diketahui menyerang manusia karena mereka semakin terancam oleh hilangnya habitat, perburuan liar, konstruksi yang merajalela, dan pariwisata yang tidak diatur di daerah yang tidak dilindungi.
India adalah rumah bagi sekitar 14.000 macan tutul, dan seperti semua satwa liar di negara itu, mereka dilindungi undang-undang.
Tetapi laporan tentang macan tutul yang diserang atau dibunuh saat ke permukiman perkotaan menjadi semakin umum di sekitar kota-kota seperti Delhi, Bengaluru dan Mumbai, kata Raman Tyagi, seorang ahli satwa liar.
"Situasi ini telah menimbulkan beberapa konflik antara manusia dan hewan. Negara bagian Uttarakhand yang berbukit misalnya, mereka memiliki sejarah konflik macan tutul yang terdokumentasi dengan baik," seperti yang dicatat oleh penjelajah satwa liar Jim Corbett dalam bukunya.
Namun, Bera telah bebas dari perselisihan semacam itu.
Bukit-bukit granitnya yang bergelombang, ladang yang luas, dan gua-gua yang sejuk menawarkan habitat yang nyaman bagi macan tutul untuk bergerak bebas dan membesarkan anak-anaknya.
Dheeraj Mali, jurnalis foto satwa liar di Bera mengatakan bahwa pemerintah menetapkan Bendungan Jawai sebagai kawasan konservasi macan tutul pada tahun 2003, untuk melindungi habitat macan tutul.
“Bahkan selama safari tidak ada laporan tentang konflik antara hewan dan turis, meskipun tur dan jumlah pengunjung yang melonjak ,” kata Mali.
Meskipun Rabari tetap ada dalam adat istiadat mereka, banyak dari mereka terutama generasi muda secara bertahap menjauhi gaya hidup nomadennya.