Sementara beras yang dimakan nenek moyang datang dari Afrika.
"Menurut para ahli pangan bisa dilihat dari segi teknik pembudidayaan, pemupukannya dan jenis padinya pun sudah berbeda," jelas Fadly.
"Beras yang dimakan masyarakat dahulu adalah Oryza glaberrima, ini warnanya hitam pekat tapi beras yang kita konsumsi sekarang ini adalah Oryza sativa dan berwarna putih," tambahnya.
Beras dan budaya Indonesia
Hasil komoditi suatu daerah juga menentukan makanan khas daerah tersebut.
Berdasarkan penuturan Fadly contohnya terletak pada Tanah Sunda yang juga disebut Lumbung Nasional.
Jawa Barat sejak dahulu adalah salah satu daerah yang penduduknya mencari nafkah dari pekerjaan bertani, salah satunya bertani padi.
"Betul bahwa bahan makanan menentukan olahan kuliner khas suatu daerah.
Masyarakat Sunda adalah masyarakat agraris. Melihat catatan sejarah masyarakat Sunda umumnya bekerja pada sektor pertanian dan komoditas andalannya adalah padi," ucap Fadly
Fadly menambahkan bahwa dahulu Jawa Barat juga merperdagangkan beras ke pelbagai daerah di Indonesia.
Tanah Sunda mempunyai aneka olahan nasi karena masyarakat Jawa Barat merupakan produsen padi.
Tidak hanya menjadi nilai budaya dalam segi kuliner, beras juga memiliki nilai filosofi dalam budaya Indonesia, salah satunya nasi tumpeng.
Nasi tumpeng, menurut Fadly, merupakan transfromasi budaya Hindu-Buddha yang mengkultuskan gunung sebagai simbol dari alam raya. Gunung pun disucikan oleh masyarakat Jawa sejak dulu hingga kini.
"Nasi tumpeng digunakan untuk mentranfromasikan keagungan gunung dengan tumpeng ini miniatur dari gunung dan disimbolkan representasi penghormatan mereka kepada dewa-dewa," terang Fadly.
Ia menambahkan bahwa bentuk nasi tumpeng ada di Candi Borobudur dalam relief yang menunjukkan upacara religius.