TRIBUNTRAVEL.COM - Di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, ada satu klaster yang menjual nasi kapau.
Lokasi ini sudah tersohor di Jakarta sejak lama.
Berhubung kala itu cuaca dingin sehabis hujan deras, saya memilih masakan minang tersebut.
Ketika hampir tiba, tukang parkir dan karyawan nasi kapau langsung rebutan menjemput bola dengan melambaikan tangan ke arah pengendara di jalan agar menepi.
Suasananya mirip tukang ojek di stasiun yang sedang memburu penumpang sehabis turun dari kereta.
Nasi Kapau Haji Zaidar dipilih dari deretan tempat nasi kapau lainnya yang tampak menggoda.
Agak sulit sebenarnya untuk memilih. Soalnya, semua penjual nasi kapau itu menyajikan banyak lauk di depan etalase.
Kalau tidak ingat umur, wah bisa kalap menunjuk apa saja lauk di situ.
Karena ingin beda, saya pun memesan itiak lado hijau yang disantap bersama lemang, sejenis beras ketan dimasak di seruas bambu, mirip ketupat.
Nah, itiak dalam bahasa minang artinya bebek sedangkan lado hijau itu artinya sambal hijau.
Meniru Pak Bondan
Beberapa waktu silam, saya sempat menyaksikan pemerhati kuliner tersohor tanah air, mendiang Bondan Winarno, bersantap itiak lado hijau di Jalan Kramat Raya dalam sebuah tayangan Youtube.
Kala itu, Pak Bondan mampir ke salah satu penjual nasi kapau yang menyajikan sajian khas yaitu itiak lado hijau.
Menurutnya, itiak lado hijau yang pedas gurih itu paling enak disantap bareng ketupat ketan.
Sayangnya, ketika saya datang nasi kapau di sana tidak lagi menyediakan ketupat ketan.
Baca tanpa iklan