Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Dampak Tumpahnya Minyak di Laut Mauritius, Puluhan Lumba-lumba Mati Mengenaskan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tumpahan minyak di Laut Mauritius

TRIBUNTRAVEL.COM - Tumpahan minyak besar-besaran yang disebabkan oleh sebuah kapal kargo di Pantai Mauritius mengganggu ekosistem laut yang ada.

Diketahui, tiga minggu setelah kejadian tersebut, sebanyak 25 ekor lumba-lumba ditemukan mati terdampar di Pantai Mauritius.

Melansir The Independent, banyak juga lumba-lumba yang ditemukan di dekat pantai dalam kondisi hidup.

Namun, lumba-lumba tersebut dalam kondisi menderita sehingga dibawa ke perairan yang lebih dalam oleh penduduk lokal serta pihak berwenang.

Diketahui, lumba-lumba yang terdampar tersebut adalah lumba-lumba jenis elektra, atau biasa dikenal lumba-lumba kepala melon.

Viral di Medsos Kemunculan Pesut Langka di Sungai Mahakam, Apa Bedanya dengan Lumba-lumba?

Lumba-lumba tersebut ditemukan dengan jarak 10 mil (16 kilometer) dari kapal induk milik Jepang tapi berbendera Panama MV Wakashio yang kandas.

Beberapa lumba-lumba yang terdampar ditemukan dalam kondisi berdarah dan mengalami luka-luka di sekitar rahang mereka.

Temuan itu dilaporkan warga lokal beberapa jam di awal Rabu pagi.

Bernard Aliphon, seorang instruktur selam dari daerah itu yang menemukan lumba-lumba terdampar berkata, "Saya tahu lumba-lumba itu, saya berenang dengan mereka setiap hari. Sangat pilu menyaksikan mereka seperti ini. Ini seperti kematian yang di alami dalam satu keluarga."

Bryan Terasawmy, fotografer berusia 22 tahun yang menemukan dua lumba-lumba terdampar dalam perjalanannya ke tempat kerja, menambahkan,

“Sangat menyedihkan. Saya pikir itu karena tumpahan minyak. Ada minyak bahkan di jalan pantai. Saat air pasang, ombak menyimpan minyak di sana."

Sementara itu pihak berwenang memperingatkan banyak lumba-lumba yang terdampar belum tentu terkait dengan tumpahan minyak.

Mereka mengingatkan pada peristiwa 35 ekor lumba-lumba yang terdampar di wilayah itu pada tahun 2005.

Menanggapi hal itu, Harry Khambule, Manajer Kampanye Senior di bidang Iklim dan Energi di Greenpeace mengatakan, "Otopsi cepat, transparan dan publik terhadap bangkai-bangkai yang ditemukan."

Bangkai-bangkai mamalia laut itu kemudian dikirim ke Departemen Perikanan, bagian pusat penelitian dengan hasil awal dari 2 otopsi lengkap menunjukkan tidak adanya jejak minyak di perut mereka.

Halaman
12