Sementara kue apem selong memiliki konsistensi yang lebih cair dari konsistensi adonan kue apem kukus agar bisa memiliki kulit agak tipis di bagian sisi berwarna kecoklatan.
Filosofi kue apem
Kue apem kaya akan filosofi.
Sajian ini telah lama jadi bagian dari ritual berbagai perayaan khususnya di daerah Jawa.
Di antaranya adalah perayaan Tahun Baru Islam.
Di Jawa Tengah, ada ritual mengarak gunungan apem.
Nantinya kue apem akan diperebutkan oleh masyarakat karena dipercaya sebagai berkah.
Kue apem bisa dibilang menjadi simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan di tahun sebelumnya.
Menurut Wira, kata ‘apem sendiri berasal dari kata afuan, afwan, affan, atau afuwwun dalam bahasa Arab yang artinya meminta maaf atau ampunan.
“Orang Jawa menyederhanakan kata Arab ini dengan ‘apem’. Tujuan penggunaannya adalah agar masyarakat terdorong untuk selalu memohon ampun kepada Sang Pencipta,” terang Wira.
Karena makna ‘apem’ yang diambil, maka ketiga jenis apem tersebut; kue apem kukus, kue apem panggang, dan kue apem selong sama-sama bisa digunakan untuk ritual perayaan Tahun Baru Islam.
• Roti Priangan hingga Bubur Bunut, 8 Kuliner Enak di Sukabumi Ini Tak Boleh Dilewatkan
• 7 Warung Nasi Jamblang Enak di Cirebon, Sajikan Banyak Pilihan Lauk hingga Sambal yang Khas
• 7 Kuliner Enak di Surabaya untuk Sarapan, Coba Nasi Empal Pengampon dengan Beragam Pilihan Lauk
• Soto Pak Dalbe dan 4 Soto Enak di Jogja untuk Sarapan Pagi Ini
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bedanya Kue Apem Kukus, Panggang, dan Selong"