Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Jamasan Pusaka, Ritual Mencuci Benda Sakral oleh Pihak Keraton saat Bulan Suro

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lampah Budaya Mubeng Beteng Kraton Jogja Malam 1 Suro Tahun Wawu 1953.

Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun.

Rangkaian ritual Jamasan Pusaka, seperti apa?

Menurut Amie, rangkaian ritual diawali berdasarkan titah Raja Yogyakarta, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Untuk waktunya, biasa dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00, tetapi tergantung titah raja.
Tahun ini, rencananya Jamasan Pusaka akan diadakan pada 1 September mendatang.

Benda-benda pusaka yang dicuci seperti keris dan benda pusaka lainnya yang berada di Keraton.

Adapun benda-benda pusaka ini memiliki kelas-kelas tersendiri.

"Jadi yang kelas VVIP itu harus dicuci langsung oleh Sultan. Namun benda lainnya, yang mencuci banyak sekali, tergantung kedudukan seseorang nanti ditentukan akan mencuci benda pusaka kelas mana," jelasnya.

Jamasan Pusaka di Mangkunegaran

Selain di Keraton Yogyakarta, Jamasan Pusaka juga dilakukan di Pura Mangkunegaran, Surakarta.

Sama seperti Keraton Yogyakarta, pihak Mangkunegaran akan mengadakan ritual ini setiap memasuki bulan Suro.

"Dilakukan pada bulan Suro. Kalau malam Satu Suro biasanya masih fokus pada pelaksanaan Kirab dan Wilujengan," kata Abdi Dalem Bagian Pariwisata dan Museum Pura Mangkunegaran, Joko Pramudya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Ia menerangkan, malam Satu Suro bagi masyarakat Jawa sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya.

Ia mengaku tak bisa menjelaskan terlalu banyak seputar Jamasan Pusaka oleh karena ritual ini memang tidak boleh disebarluaskan ke khalayak umum.

Perayaan Satu Suro di Mangkunegaran

Menyambut Tahun Baru Jawa atau bulan Suro memang tidak lepas dengan kegiatan-kegiatan untuk introspeksi diri yang dikaitkan dengan perbuatan masa lalu.

Tradisi bulan Suro, dianggap sebagai upaya untuk menemukan jati diri agar selalu tetap eling lan waspada dari mana sangkat paraning dumadi (harus tetap ingat siapa diri kita dan dari mana kita berasal).

Halaman
123