Tak itu saja, ada pula tambahan berupa irisan timun dan beberapa lembar daun kemangi.
Sebagai uba rampe, bubur suro juga disajikan dengan uba rampe lainnya berbentuk sirih lengkap, kembar mayang, dan sekeranjang buah-buahan.
Kehadiran sirih lengkap melambangkan asal-usul dan penghormatan atau pengenangan kita kepada orang tua dan para leluhur, khususnya yang telah mendahului kita.
Sirih lengkap akan diletakkan dalam bokor kuningan atau tembaga yang selalu hadir sebagai kelengkapan dalam ritual perlintasan Jawa dengan makna yang sama.
Sementara untuk kembar mayang, merupakan dua vas bunga yang masing-masing berisi tujuh kuntum mawar merah, tujuh kuntum mawar putih, tujuh ronce (rangkaian) melati, dan tujuh lembar daun pandan.
Lambang angka tujuh pada bubur suro
Angka tujuh yang ada pada bunga dan kacang-kacangan juga punya arti sendiri.
Tujuh melambangkan jumlah hari dalam seminggu.
Maknanya, dalam hidup setiap hari, kita harus selalu punya tekad dan keberanian untuk bertindak yang dilambangkan dengan mawar merah.
Namun, semua tindakan tersebut haris dilandasi dengan niat yang bersih dan benar, yang dilambangkan oleh mawar putih.
Pada akhirnya, diharapkan semua tindakan tersebut akan bisa mengharumkan dunia umat manusia.
Hal tersebut dilambangkan oleh rangkaian bunga melati dan daun pandan yang terkenal punya aroma harum yang menyengat.
Tak hanya kacang-kacangan dan bunga saja, ada pula pelengkap lain berupa sekeranjang buah-buahan yang diisi dengan tujuh jenis buah dan masing-masing terdiri atas tujuh butir.
Misalnya, tujuh jeruk, tujuh salak, tujuh rambutan, dan lain-lain.
Maknanya adalah agar semua pekerjaan dan tindakan menghasilkan buah yang manis dan bermanfaat bagi sesama.
Baca tanpa iklan