Terancam jadi kenangan
Melansir Harian Kompas, 17 Agustus 2000, pohon pinang sirih (Areca catechu) merupakan jenis yang dipilih sebagai bahan baku tiang lomba panjat-memanjat.
Alasannya, karena memiliki kualitas bagus, batangnya lurus dan tinggi, serta lingkarannya sempurna.
Setelah kulitnya dikupas, batang pohon pinang sirih menjadi benar-benar licin dan mulus.
Ruas-ruas yang ada pada batang pinang sirih mudah diratakan dengan serutan atau amplas.
Ke depan, perlombaan panjat pinang terancam menjadi sebuah kenangan, lantaran pohon pinang semakin jarang.
Usaha peremajaan dan pembudidayaan pohon pinang saat ini belum cukup mendapatkan perhatian.
Padahal, pertumbuhan pohon pinang relatif lambat.
Pohon pinang baru layak ditebang untuk keperluan perlombaan setelah berusia 30 tahun.
Hanya dari batang pohon pinang setua itu yang disebut bisa ideal untuk tiang lomba panjat pinang, ukurannya yakni tinggi antara 8 hingga 12 meter dan diameter sekitar 43 hingga 60 cm.
Kelangkaan pohon pinang itu juga diperparah dengan keengganan petani meremajakan jenis pohon tersebut.
Menanam pohon pinang dianggap sebagian petani tak ekonomis.
• 4 Tempat Wisata Sejarah di Jakarta untuk Rayakan HUT ke-75 RI
• Promo Pizza Hut Spesial Kemerdekaan Indonesia, Beli Pizza Cuma Rp 17
• Makna Lomba Makan Kerupuk saat Perayaan 17 Agustus
• Sering Digelar Saat Hari Kemerdekaan Indonesia, Ini Asal Usul Lomba Balap Karung
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lomba Panjat Pinang, Peninggalan Kolonial yang Terancam Jadi Kenangan.
Baca tanpa iklan