Djiauw Kie Siong adalah seorang petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum.
Ia menanam singkong, timun, kacang, dan terong yang dijual kepada tengkulak yang datang saat musim panen.
Petani Djiauw Kie Siong adalah warga keturunan Tionghoa Hakka yang lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo Karawang.
Menurut Yanto Djuhari, cucu dari Djiauw Kie Siong, kakeknya memiliki sawah seluas 2 hektare.
"Kakek sih petani dan pedagang juga. Kakek bertani sawah dan berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun sejak 1930," kata laki-laki yang memiliki nama Tionghoa Djiaw Tiang Lin.
Dikisahkan Djiauw Kie Siong memiliki 9 sembilan anak dan hidup dua bersaudara.
Selain petani dan pedagang, Djiauw Kie Siong tergabung sebagai anggota PETA (Pembela Tanah air) dan ia mendapat pangkat di PETA.
Menurut cucunya, kakeknya juga punya keahlian membuat peti mati.
"Kakek juga pembuat peti mati. Dulu ada yang suka membawa bahan peti mati. Lama-kelamaan suka buat sendiri, dipahat sendiri. Dia buat peti mati untuk masyarakat sekitar Karawang," jelas Yanto.
Djiauw Kie Siong meninggal pada tahun 1964 karena sakit paru-paru.
• Menilik Monumen Kebulatan Tekad, Bekas Markas PETA yang Dibangun dengan Biaya Rp 17.500
• Informasi Harga Tiket Masuk Museum Sampoerna dan Koleksi Menariknya
• Melihat Sejarah Museum Sumpah Pemuda yang Sempat Dijadikan Toko Bunga
• Harga Tiket Masuk dan Akses Menuju Museum Sumpah Pemuda
• Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta, Tempat Wisata Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok"