Di zaman modern, perpustakaan ini dianggap semacam mitos karena keberadaannya sulit dipahami dan tidak ada.
Gagasan tentang Perpustakaan Alexandria yang tidak pernah ada didukung oleh fakta tidak ada bukti kuat yang menunjukkan ada sesuatu yang berdiri di tempatnya, atau karya apa pun yang mengarah sebagai bukti.
Pendirian Perpustakaan
Dikutip TribunTravel dari laman TheTravel, jika memang Perpustakaan Alexandria ada, diyakini perpustakaan ini didirikan oleh Demetrius dari Phalerum sekitar tahun 295 Sebelum Masehi.
Tujuannya adalah agar perpustakaan ini menjadi tempat menyimpan salinan dari setiap karya sastra yang pernah dicetak dan karya aslinya.
Namun tempat ini sekaligus mencakup Mouseion atau Musaeum yang saat ini dikenal dengan "museum".
Dulunya musaeum ini berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa dewi, tapi juga dilengkapi dengan area kuliah, laboratorium, observatorium, kebun botani, kebung binatang, dan perpustakaan.
Di sana ditempatkan lebih dari 100 orang cendikiawan untuk memberikan kuliah, melakukan penelitian, menerbitkan, menerjemahkan, menyalin, dan mengumpulkan banyak naskah dari berbagai negara dan penulis.
Banyaknya naskah yang ditulis dan diterjemahkan oleh para cendikiawan, maka semakin banyak juga koleksi dari perpustakaan ini.
Hal tersebut membuat para cendikiawan menginginkan perpustakaan Alexandria untuk diperluas.
Sayangnya koleksi naskah di Perpustakaan Alexandria lenyap karena kebakaran.
Perpustakaan Alexandria hancur diduga dilakukan oleh Julius Caesar saat ia menduduki kota Alexandria pada tahun 48 SM.
Namun, banyak ahli akan memperdebatkan dugaan itu dan tidak pernah ada bukti yang menunjukkan secara pasti.
Kisah ini dimuat dalam History of Rome oleh Livy yang ditulis antara tahun 63 SM dan 14 M, dan juga dikutip oleh Plutarch, seorang sejarawan Romawi.
Perpustakaan Alexandria Dibangun Kembali