Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

1 Muharram 2020

Menilik Kirab Kebo Bule, Tradisi Keraton Kasunanan Surakarta dalam Menyambut Malam Satu Suro

Penulis: ronnaqrtayn
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kirab Kebo Bule di halaman Keraton Surakarta - Keraton Solo.

Kerbau memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan sehari-hari, seperti untuk alat transportasi juga membajak sawah.

Tak hanya itu, kerbau juga memiliki makna simbolis dari beberapa leluhur keluarga keraton.

“Untuk makna simbolis dari beberapa leluhur keluarga keraton itu misalnya Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan lainnya. Kerbau selalu dekat dengan budaya Jawa. Kalau di keraton itu ada wilujengan nagari mahesa lawung, dan lainnya,” ujar Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Dipo, dikutip dari Kompas.com, Senin (10/8/2020).

Keraton Surakarta sendiri memiliki 17 ekor kebo bule, namun tidak semua kerbau akan mengikuti kirab.

Kerbau-kerbau tersebut merupakan keturunan Kyai Slamet, seekor kerbau albino (bule) pemberian Bupati Ponorogo kepada Sultan Pakubuwono II yang waktu itu masih memimpin di Kartasura.

Sejak pindah ke Surakarta (dikenal juga dengan Solo), Kyai Slamet menjadi hewan kesayangan Sultan.

Oleh karena itu, hewan ini dan keturunannya kemudian dianggap keramat dan memiliki keistimewaan sendiri di hati masyarakat Surakarta.

Pelaksanaan Kirab Kebo Bule ini dimulai dari halaman Keraton Solo.

Kerbau-kerbau diiringi pawangnya yang mengenakan pakaian putih, celana hitam, ikat kepala, samir, summing gajah ngoling berupa rangkaian bunga melati yang dipasang di atas telinga.

Pada halaman keraton, kerbau-kerbau yang dianggap keramat tersebut memakan sesaji hingga meminum kopi yang dihidangkan abdi dalem.

Usai memakan sesaji, rombongan kebo bule sebagai cucuk lampah atau pembuka kirab itu kemudian pergi.

Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta memandikan kebo bule Kyai Slamet di kandang Alun-alun Kidul, Surakarta, Jawa Tengah. (Tribun Jateng/Suharno)

Begitu para kerbau itu pergi, tanpa dikomando warga langsung merangsek maju untuk memperebutkan sisa sesaji kerbau keturunan Kyai Slamet.

Sesaji sisa kebo bule itu diyakini memiliki tuah atau berkat.

Salah seorang abdi dalem keraton asal Purwodadi bernama Kartini bercerita bahwa ia sangat gembira karena berhasil mendapatkan sisa sesaji kebo bule, yakni kinang atau sirih.

Baginya mendapatkan sisa sesaji kebo bule bagaikan sebuah anugerah.

Halaman
123