Itok bercerita terdapat perbedaan mencolok ketika sebelum masa pandemi dan sesudah pandemi saat di bandara, salah satunya menjaga jarak atau physical distancing.
Selain itu, orang-orang juga terlihat mengenakan masker.
"Beberapa spot memang diberi jarak dan wajib pakai masker," ujarnya.
Sementara untuk kondisi dalam pesawat, Itok mengungkapkan, pesawat yang ditumpangi yaitu Garuda Indonesia menerapkan jarak antar penumpang.
"Jadi enggak duduk sebelahan, ada selanya. Tempat duduk yang berjarak, dan semua pakai masker, termasuk kru kabin juga pakai sarung tangan," terang dia.
Ia mengakui, pesawat terlihat sangat sepi penumpang. Hal tersebut karena adanya pembatasan kuota penumpang yaitu 50 persen dari biasanya.
Diminta datang ke bandara empat jam sebelumnya meski bandara sepi
Itok juga menjelaskan pengalamannya ketika sebelum datang ke Bandara YIA untuk terbang ke Jakarta.
Ia mengaku sudah datang ke bandara empat jam sebelum keberangkatan atau penerbangan.
"Dari pihak maskapai diminta datang empat jam sebelumnya untuk verifikasi dokumen," tuturnya.
Untuk prosedur pembelian tiket, ia kurang begitu mengetahui karena hal tersebut diurus langsung oleh perusahaan kantornya.
Meski datang empat jam sebelum keberangkatan, ia mengaku tak mengalami penuh sesak karena berdasarkan pantauannya--bandara masih sepi.
"Mungkin karena yang bisa bepergian perlu syarat-syarat banya, dan rapid test juga hitungannya bisa separuh harga tiket. Jadi kalau enggak di-provide, ya tekor," ujar Itok.
• Masuk Era Normal Baru, Tempat Wisata di Nganjuk Bakal Dibuka Kembali
• 4 Kuliner di Bandung untuk Sarapan, Ada Roti Kismis yang Eksis Sejak 1929
• Semua Tempat Wisata di Karanganyar Resmi Dibuka Kembali untuk Wisatawan
• Sriwijaya Air Sediakan Layanan Rapid Test untuk Calon Penumpang, Berikut Rinciannya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Penumpang Pesawat di Masa PSBB: Kesulitan Dapat SIKM ke Jakarta.
Baca tanpa iklan