Beberapa percaya asal mula biryani terletak pada makanan yang disiapkan oleh suku-suku Turki di Asia Tengah, di mana memasak daging dan nasi bersama-sama dalam panci besar di atas api terbuka.
Menurut sejarawan makanan Lizzie Collingham, hidangan itu dikembangkan di dapur kerajaan Mughal, yang memerintah India dari abad ke-15 hingga ke-18.
Dalam satu kisah asal-usul, Mumtaz Mahal - permaisuri Mughal adalah inspirasi dari biryani.
Legenda mengatakan Mumtaz pernah mengunjungi barak tentara kerajaan, di mana ia menemukan para prajurit tampak kekurangan gizi.
Dia meminta dapur kerajaan untuk menyiapkan hidangan khusus yang menggabungkan daging dan nasi untuk memberikan makanan seimbang bagi pasukan.
Hasilnya adalah nasi biryani.
“Memasak biryani adalah bentuk seni,” kata Palash Mitra, 38 tahun, koki eksekutif di New Punjab Club yang berbintang Michelin dan Rajasthan Rifles, dua restoran populer yang menyajikan masakan India di Hong Kong.
Untuk menyiapkan biryani, teknik memasak yang disebut "dum pukht", dikatakan berasal dari Persia.
Dum berarti "menarik napas" dan pukht berarti "memasak".
Daging kambing direndam dalam pasta kental yogurt, bawang, bawang putih dan rempah-rempah, lalu direbus.
Nasi direbus secara terpisah.
Kedua bahan tersebut kemudian disusun berlapis-lapis dalam handi, panci tanah liat bundar dan berat, dan dimasak di atas api.
Panci tertutup rapat dengan lapisan adonan di sekitar tepinya yang mencegah uap keluar, memungkinkan daging yang mengepul melunak sekaligus memberi bumbu pada nasi, Mitra menjelaskan.
Hidangan ini telah berevolusi di berbagai daerah karena gaya memasak dan bahan-bahan lokal yang digunakan untuk memasak.
Gaya memasak biryani yang terkenal di India berasal dari Kolkata, Hyderabad, dan Lucknow.