TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa waktu terakhir, istilah travel bubble menjadi perbincangan di dunia pariwisata.
Travel bubble dianggap sebagai salah satu solusi meningkatkan kunjungan wisata pasca pandemi virus corona (Covid-19).
Dua negara yang saat ini berencana menerapkan travel bubble adalah Australia dan Selandia Baru.
China sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.
Sementara Israel tertarik terhadap Yunani dan Siprus dalam melakukan travel bubble.
Apa sebenarnya travel bubble itu?
Travel bubble atau travel corridor merupakan kerjasama antar dua negara atau lebih untuk saling mendatangkan turis.
• Pertama Kali Naik Pesawat, Ketahui Dulu 5 Hal yang Dilarang Dilakukan di Bandara
Syaratnya dua atau lebih negara yang bekerjasama tersebut sudah sama-sama berhasil mengurangi jumlah kasus Covid-19.
Melansir dari Forbes, orang-orang dari dalam bubble atau gelembung tersebut kemudian dapat melakukan perjalanan dengan bebas dan menghindari persyaratan wajib karantina mandiri selama 14 hari.
Travel bubble dianggap sebagai solusi agar turis dapat melancong dengan melintasi perbatasan tanpa adanya birokrasi yang rumit terkait protokol kesehatan.
Negara-negara yang akan menerapkan travel bubble
Yunani menjadi salah satu negara yang ingin segera membuka pariwisata mereka, mengingat pariwisita berkontribusi sekitar 18 persen untuk pendapatan negara.
Rencananya, Yunani akan melakukan travel bubble dengan Israel dan Siprus.
Namun, kesepakatan dengan Israel dan Siprus belum ditetapkan karena ada banyak detail untuk diselesaikan, seperti dilaporkan Condé Nast Traveler.
"Para wisatawan harus memiliki izin medis sebelum menginjakkan kaki di salah satu dari tiga negara, dan apakah hotel akan menawarkan sarapan dan makan malam prasmanan," ujar Menteri Pariwisata Yunani Harry Theoharis pada Voice of America (VoA).