Kemudian industri pariwisata dan stakeholder terkait juga menyiapkan protap serupa.
Mulai dari transportasi udara dan darat, hotel, villa, restoran, hingga destinasi menjaga agar tetap terhindar dari Covid-19. Satu diantaranya menerapkan physical distancing dengan jarak aman.
“Rumah sakit juga harus siap, dengan pasien Covid-19, serta pemeriksaannya,” tegasnya. Saat semua siap, mulai dibuka Sanur klaster, Ubud klaster, Nusa Dua klaster dengan pembayaran non cash.
Kalau semua sudah siap, tinggal tunggu kapan realisasinya dan dilakukan bertahap.
Ia menjelaskan, new normal pasca pandemi Covid-19 membuat preferensi traveler pada hotel berbintang dan mengutamakan aspek hygene.
“Penerbangan langsung menjadi preferensi utama traveler, dengan persyaratan kesehatan perlintasan orang ke Indonesia diperketat,” imbuhnya.
Preferensi pada kegiatan outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving, dan private tour.
Untuk itu, penguatan standar kesehatan mencegah Covid-19 harus dilakukan dimana saja.
Tidak seperti sebelumnya yang mengutamakan mass tourism.
Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, mempunyai istilah berbeda dengan new normal. “Kalau saya menyebutnya Bali Next Normal, karena kalau new nanti ada new lainnya,” katanya.
Gus Agung, sapaan akrabnya, menyebutkan per Januari 2020 tourism growth di Bali masih surplus 11 persen.
Kemudian Februari 2020, drop 18 persen karena market China sudah ditutup.
Pada Maret 2020 drop menjadi 43 persen, karena beberapa market Eropa dan London sudah close.
“Nah April itu, virus outbreak di Bali membuat Bali benar-benar drop minus 93-95 persen,” sebutnya.
Global turis, kata dia, juga megalami penurunan 20-30 persen. Dengan loss international visitors receipt bernilai hingga 300-400 billion USD.