“(Sebelum melantunkan syair) orang berkumpul untuk mengaji. Satu orang mengaji secara bergantian," kata Alim.
"Mereka saling mengoreksi, ini termasuk melatih dan memperlancar (membaca Al-Quran). Saat mengaji, mereka gantian perorangan sebelum masing-masing membuka suara untuk wunungo," lanjutnya.
Kegiatan pengajian dilakukan oleh semua umat Muslim.
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Biasanya, pengajian dilakukan secara berkelompok dan dibedakan antara perempuan dan laki-laki.
Syarat dalam menyalakan lampu dalam Tumbilotohe
Alim menuturkan bahwa terdapat syarat khusus dalam memasang lampu pertama. Orang yang melakukannya harus “dituakan”.
Untuk tingkat daerah, pemasangan lampu diwakili oleh kepala desa, camat, bupati, dan gubernur.
Sementara untuk tingkat keluarga adalah kepala keluarga.
“Dituakan dalam artian seseorang memiliki integritas yang baik dan pantas untuk memimpin. Terutama dari sisi kebersihan batin yang dijaga selma 26 hari sebelum malam pasang lampu,” kata Alim.
“Menyalakan lampu adalah simbol dari menyalakan lampu batin yang siap menyambut malam lailatul qadar. Itu nilai penting dalam Tumbilotohe,” imbuhnya.
Sudah mulai pudar
Tradisi Tumbilotohe memang masih sering dilakukan.
Bahkan, tradisi tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Gorontalo saja.
Orang-orang di luar Provinsi Gorontalo pun turut meramaikan tradisi yang dijadikan sebagai festival.