Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Idul Fitri 2020

Fakta Unik Tumbilohote, Tradisi Sambut Hari Raya Idul Fitri di Gorontalo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tumbilohote, Tradisi Sambut Hari Raya Idul Fitri di Gorontalo

“Masyarakat mulai perorangan memasang lampu. Awalnya berbahan bakar damar (getah pohon). (Lampu) disebut tohetutu. Saat akan menuju masjid, karena gelap, tohetutu turut serta dibawa seperti obor,” kata Alim.

“Orang beriringan menuju masjid membawa obor (tohetutu) berbahan damar. Lalu tohetutu ditancapkan di depan masjid, di jalanan menuju masjid. Sehingga (jalanan) terang dari rumah ke masjid,” lanjutnya.

Lambat laun, kebiasaan tersebut menjadi tradisi sepanjang tiga hari yang melekat dengan malam lailatur qadar. Kebiasaan tersebut lantas disebut dengan Tumbilotohe. 

Bukan hanya memasang lampu

Tradisi Tumbilotohe tidak hanya sekadar orang-orang memasang lampu.

Sebab, terdapat beberapa kegiatan lain yang juga dilakukan oleh seluruh masyarakat Gorontalo.

Ada pun kegiatan yang dimaksud salah satunya adalah membuat wewangian untuk baju selama tradisi Tumbilotohe.

“Para ibu rumah tangga menyiapkan langgilo (wewangian) saat menjelang Ramadhan. Onumo (nilam), sereh (dan tanaman lain) semua dicampur jadi satu. Dipanaskan sampai mendidih, kemudian baju-baju dimasukkan ke dalam larutan,” kata Alim

. Nantinya, baju yang sudah diberi wewangian akan dipakai pada hari pertama Tumbilotohe saat menyalakan lampu. 

Saat ini, di sana tidak ada aturan khusus akan pakaian apa yang harus dikenakan saat melakukan tradisi.

Namun yang pasti seseorang harus bersih dan rapih.

Kendati demikian, Alim menuturkan bahwa zaman dulu ada pakaian khas bernama bele uto.

Sejenis kain sarung yang digunakan oleh para wanita sebelum pergi keluar rumah.

Selain wewangian, ada juga kegiatan mengaji dari rumah ke rumah sembari melakukan wunungo (melantunkan syair).

Syair yang berkaitan dengan Islam tersebut dilantunkan saat pengajian secara beramai-ramai.

Halaman
1234