Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Pilu di Balik Tradisi Memasang Gembok Cinta di Serbia

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gembok Cinta di Most zaljubljenih, Serbia

Tindakan Gavrilo Princip, seorang teroris Serbia yang membunuh Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria di Sarajevo memicu meletusnya Perang Dunia I 1914.

Akibatnya, Relja harus berangkat untuk berperang membela negaranya, Serbia.

Melihat kepergian kekasihnya ke medan perang, Nada pun bersedih, tetapi ia yakin Relja akan selamat dan melanjutkan hidup bersamanya.

Sayangnya, Relja tidak pernah kembali ke Vrnjačka Banja, karena ia jatuh cinta dengan seorang gadis di Corfu.

Mengetahui hal ini, Nada pun patah hati, ia bahkan mengalami penderitaan tiada akhir hingga ia meninggal dunia dalam usia yang relatif masih muda.

Gadis-gadis lain di Vrnjačka Banja pun merasa resah dengan kisah Relja dan Nada.

Mereka pun melakukan tindakan dengan harapan untuk menjaga cinta mereka tetap abadi.

Para gadis membeli gembok, menuliskan nama mereka dan kekasihnya ke gembok sebelum dipasang ke jembatan tempat Nada dan Relja dulu bertemu.

Kunci-kunci gembok dilemparkan ke sungai, dengan harapan dapat menjamin kehidupan romansa yang setia.

Kisah Nada dan Relja lama terlupakan, sampai penyair Serbia, Desanka Maksimović menghidupkannya kembali dalam puisinya, Molitva za ljubav (Doa untuk Cinta).

Kisah mereka pun kembali tersiar.

Kemudian, mulailah pasangan kekasih muda di kota tersebut memasangkan gembok pada jembatan yang akhirnya dinamai Most ljubavi, atau 'Jembatan Cinta.'

Kota-kota di seluruh dunia mulai meniru tradisi itu.

Namun, tempat-tempat seperti Paris, Barcelona dan lainnya akhirnya harus mengambili kunci dan melepas ribuan gembok yang dipasang untuk menjaga jembatannya agar tidak ambruk.

Akhirnya, tempat-tempat itu selalu memulai proses tradisi dari awal lagi ketika gembok-gembok sudah dihilangkan.

Halaman
123