Sebetulnya, tidak ada aturan tertulis yang menyebut penghuni Kampung Pitu harus berjumlah 7 kepala keluarga.
Namun ketika Kampung Pitu terdapat 8 orang kepala keluarga, kerap kali terjadi bencana maupun cekcok yang kemudian membuat Kampung Pitu kembali berjumlah 7 orang kepala keluarga.
Sejarah Kampung Pitu Nglanggeran
Kampung Pitu Nglanggeran dulunya bernama Desa Telaga Planggeran.
Di tempat tersebut terdapat telaga yang tak pernah mengering walau sedang musim kemarau.
Telaga tersebut dahulu kerap digunakan untuk guyang (memandikan) kuda sembrani karena hal inilah telaga tersebut kerap disebut dengan Telaga Guyangan.
Konon, pada zaman dahulu pernah datang orang keraton ke kawasan Kampung Nglanggeran.
Orang keraton tersebut mengetahui bahwa di Kampung Pitu terdapat pohon Kinah Gadung Wulung yang di dalamnya berisi sebuah pusaka.
Oleh orang keraton tersebut, lantas dibuatlah sayembara: “Barang siapa yang bisa merawat benda pusaka tersebut maka akan diberi tanah secukupnya untuk penghidupannya beserta anak cucu keturunannya”.
Saat itu, keturunan Mbah Kiai Irokromo lah pemenangnya.
Hingga kini, penghuni Kampung Pitu adalah keturunan Mbah Kiai Irokromo.
Disclaimer: Selama pandemi Covid-19, Gunung Api Purba Nglanggeran ditutup sementara hingga batas waktu yang belum ditentukan
• Pesona Pantai Klayar di Pacitan yang Jadi Latar Lagu Ambyar Didi Kempot
• Alasan Didi Kempot Buat Lagu Berlatar Tempat Wisata
• Rekomendasi 5 Kuliner Malam di Solo, Kota Asal Penyanyi Campursari Didi Kempot
• Stasiun Balapan dan 7 Tempat yang Jadi Latar Lagu Didi Kempot
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Di Nglanggeran Gunungkidul, Ada Kampung Unik yang Hanya Dihuni 7 KK"