Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Cerita Haru Garda Terdepan KAI yang Tetap Melayani di Tengah Pandemi Covid-19

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kereta api di Stasiun Surabaya Gubeng.

TRIBUNTRAVEL.COM - Sejak beberapa pekan lalu, Pemerintah Indonesia telah mengimbau masyarakat agar tetap bekerja, belajar dan beribadah di rumah serta tidak bepergian kecuali dalam keadaan mendesak.

Namun rupanya hal ini tidak berlaku bagi pekerja pelayanan publik, mereka harus tetap bekerja meski pandemi Covid-19 mewabah, tak terkecuali petugas Kereta Api Indonesia (KAI).

Bekerja di tengah pandemi Covid-19 mungkin bukan menjadi hal yang mudah bagi garda terdepan KAI seperti masinis, kondektur,dan polsuska.

Mereka harus tetap bekerja dan memastikan pejalanan kereta api berjalan aman, nyaman, dan lancar.

Sejumlah Pramugari Ungkap Kekhawatirannya Menjadi Penyebar Virus Corona

Sejumlah penumpang menunggu Kereta Api Sawunggalih dari Stasiun Cirebon menuju Stasiun Pasar Senen, Sabtu (18/5/2019). (Kompas.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON)

Mengutip laman kai.id, Kamis (9/4/2020), seorang masinis di UPT Crew Jatinegara Daop 1 Jakarta, Fajar Eko Ryanto menceritakan kisahnya yang harus tetap melayani di tengah pandemi Covid-19.

Fajar sehari-hari mengoperasikan kereta api di lintas Jakarta-Cirebon dan Jakarta-Bandung.

"Tetap bisa melayani masyarakat yang memerlukan transportasi kereta api dengan selamat di tengah kondisi seperti saat ini tentu memberikan kebahagian tersendiri. Karena kan tidak semua masyarakat bisa diam di rumah, ada suatu waktu mereka harus bekerja atau terdesak harus keluar rumah," kata Fajar.

Fajar menambahkan, "Sebagai manusia biasa tentu ada perasaan was-was setiap akan pulang ke rumah, Saya takut bawa virus untuk keluarga yang ada di rumah karena posisi pekerjaan saya yang berpotensi bertemu orang banyak."

Tonton juga:

"Selain itu, saya juga merasakan ada sesuatu yang 'hilang' saat bekerja. Biasanya penumpang ramai, lalu lintas KA yang berpapasan ramai, tapi sekarang jadi sepi. Tapi bagaimana pun berbagai kebijakan yang ada saat ini tentu untuk kebaikan bersama," ujarnya.

Fajar menjelaska,  yang membuatnya tetap bersemangat tinggi dalam bekerja adalah karena sejak awal diniatkan untuk ibadah.

Hal inilah yang membuatnya bekerja dengan ikhlas dan mengesampingkan berbagai kekhawatiran.

"Saya menjalani setiap tugas dengan ikhlas. Khawatir adalah hal yang normal, tapi saya tetap berdoa dan menjalankan ikhtiar- ikhtiar yang memang dianjurkan Pemerintah," kata Fajar.

Tentu bukan hal yang mudah bagi Fajar, karena dirinya juga memiliki seorang anak bayi berusia 7 bulan di rumah.

"Apalagi saat ini saya punya bayi baru berumur 7 bulan di rumah. Tentu sempat terbesit kekhawatiran saat saya pulang malah membawa virus untuk anak saya," imbuhnya.

Halaman
12