TRIBUNTRAVEL.COM - Pegunungan populer di tenggara China terpaksa ditutup setelah puluhan ribu orang beramai-ramai mengunjungi jalurnya selama akhir pekan.
Melansir South China Morning Post, Minggu (5/4/2020), banyak orang beramai-ramai ke Huangshan, atau Yellow Mountains, di Provinsi Anhui.
Sebab, mulai Sabtu (4/4/2020), Pemerintah Provinsi Anhui menawarkan masuk secara gratis ke 29 lokasi, termasuk Huangshan, untuk meningkatkan jumlah pengunjung.
Pengunjung diminta untuk menunjukkan kondisi kesehatan mereka melalui sebuah aplikasi, menggunakan masker medis, dan suhu tubuh mereka harus diperiksa terlebih dahulu sebelum memasuki lokasi.
Kendati demikian, otoritas setempat pada Minggu (5/4/2020) mengatakan, mereka harus tutup karena jumlah pengunjung telah mencapai batas harian mereka yaitu 20.000 orang.
• Imbas Virus Corona, Penumpang KA Bandara Soekarno-Hatta Turun 40 Persen
Mereka juga mengimbau masyarakat untuk mengunjungi lokasi lain, atau datang ke pegunungan tersebut di lain waktu.
Beberapa foto dan video sempat beredar di sebuah platform media sosial China--Weibo.
Foto dan video tersebut menunjukkan ramainya pengunjung yang berjalan di pegunungan tersebut selama festival Chin Ming yang berlangsung tiga hari.
"Pariwisata dan industri terkait telah terpukul dengan keras. Namun epidemi belum berakhir," tutur salah satu komentar di Weibo, dikutip dari South China Morning Post.
"Apabila kamu harus membuka lokasi-lokasi tersebut, kamu harus batasi arus pengunjung dan mereka yang datang dari luar," lanjutnya.
Pada Minggu (5/4/2020), menurut National Health Commission, jumlah kasus yang terkonfirmasi tengah dirawat di China mengalami penurunan menjadi 2.382.
Namun, jumlah kasus impor (imported case) melonjak menjadi 913.
"Saya rasa China sedang mengawasi deteksi Covid-19 dan mungkin perlu menyesuaikan langkah-langkah jarak sosial yang dibutuhkan guna menjaga Covid-19 terkendali," kata seorang profesor epidemiologi dan biostatistik di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling.
“Untuk saat ini, mungkin tidak apa-apa untuk mengendurkan beberapa langkah. Namun langkah-langkah tersebut harus diperketat jika jumlah kasus meningkat,” tambahnya.
Cowling menuturkan, dia tidak akan terkejut jika sebagian besar negara lanjut melarang pertemuan massal sepanjang tahun 2020.