TRIBUNTRAVEL.COM - Dilansir laman CNN, seekor ikan tuna sirip biru atau bluefin pernah terjual dengan harga fantastis yaitu 193 juta yen atau setara dengan Rp 25 miliar.
Tuna sirip biru dengan bobot 276 kilogram itu di lelang saat tahun baru di Pasar Ikan Tokyo Toyosu, Minggu (5/1/2020).
Menurut The Japan Times, tuna bluefin dikenal di Jepang sebagai hon-maguro atau "tuna sejati".
Meskipun tuna jenis ini sangat populer, populasinya di dunia sangat rendah, karena penangkapan yang berlebihan.
Bagaimana sejarah tuna bluefin diburu dan digemari?
Pada ratusan tahun lalu, potongan daging tuna hanya disajikan untuk kucing.
Tuna sempat dianggap sebagai hidangan tidak diinginkan dan cocok untuk masyarakat kelas bawah.
Ada dua alasan utama mengenai hal tersebut.
Pertama, tuna dalam bahasa Jepang kuno adalah shibi.
Kata yang masih digunakan di beberapa bagian Jepang itu bermakna "hari kematian".
Orang-orang dari Zaman Edo (1603-1868), terutama kelas samurai mempercayai hal tersebut, sehingga tuna memperoleh reputasi sebagai ikan yang sial.
Alasan lainnya adalah pada era tersebut manusia belum mengenal mesin pendingin.
Saat ingin menyantap ikan, maka ikan akan dibiarkan hidup selama mungkin untuk memastikan kesegarannya.
Tuna yang memiliki ukuran besar seringkali tidak dapat hidup dalam jangka waktu lama, sehingga dagingnya membusuk dengan cepat.
Bagian-bagian berlemak dari ikan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan bagian tanpa lemak.