Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Bubur Cikini H.R. Suleman yang Legendaris, Punya Rasa Khas hingga Pertahankan Resep Sejak 1960-an

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses peletakan kuning telur di atas bubur, khas bubur cikini

Bubur sudah ditanak bersama kaldu ayam sehingga gurih dan aromanya sangat wangi.

Rasa bubur tidak begitu tajam, tetapi rasanya cenderung tawar dan gurih dari kaldu ayam masih terlintas dilidah.

Topping pada bubur yang pada akhirnya berperan besar untuk menambah rasa dan tekstur.

Misalnya rasa asin bubur datang secara alami dari tongcai. 

Tongcai adalah asinan lobak yang diolah secara alami.

Selain itu ayamnya juga ayam kampung sehingga dagingnya masih memiliki serat dan tidak hancur.

Lalu aroma ayam yang pekat sangat tercium saat dihidangkan.

Tekstur bubur tidak encer tetapi kental dan padat.

Kuning telur saat dipecah seakan lumer menyelimuti seluruh bagian bubur.

Sama sekali tak ada bau amis dari telur mentah, sebab telur yang digunakan adalah telur ayam kampung.

Pengalaman menyantap bubur semakin asyik ketika harus meracik saus, sambal dan kecap asin sesuai selera.

Bubur telur dari Bubur Cikini saat usai diaduk (Kompas.com / Gabriella Wijaya)

Kecap asin dari Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman memang tidak diragukan lagi kenikmatannya.

Kecap asin tidak hanya sekedar asin tetapi terasa gurih dari kacang kedelai.

Bagi yang suka sambal bisa mencampurkan sedikit sambal dalam buburnya.

Selain itu juga ada beberapa aneka sate untuk makanan pendamping. Ada sate hati, ampela, usus yang ditusuk jadi satu.

Banyak pelanggan yang sudah menjadi penikmat Bubur Cikini dari lama menganggap bubur nikmat karena rasanya yang khas.

Halaman
123