Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kebun Binatang Ragunan, Tempat Wisata Favorit untuk Liburan Akhir Pekan di Jakarta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana keramaian di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta

Kanopi tersebut memang sangatlah panjang, memayungi jalan satu dengan lainnya.

Bila hujan tak terlalu besar dan tak disertai petir atau angin kecang, kita masih tetap bisa berjalan-jalan dengan aman.

Di pusat informasi saya bertemu dengan Wahyudi Bambang, bagian Pelayanan informasi. Dia mengatakan bahwa

di musim hujan seperti ini pengunjung Kebun Binatang Ragunan tetaplah berdatangan, meski tak seramai biasanya.

Untuk itu, pihak kebun binatang memberikan fasilitas penjemputan bagi pengunjung yang terjebak hujan saat sore hari.

Wahyudi Bambang, bagian Pelayanan informasi (Warta Kota/Janlika Putri)

"Jika pada sore hari menjelang jam tutup masih ada pengunjung yang terjebak hujan, nanti akan ada bantuan untuk evakuasi pengunjung dengan menjemput menggunakan bis, mobil dinas, atau mobil operasional keamanan.

Kendaraan itu dikerahkan untuk membantu mengevakuasi pengunjung dan membawa mereka ke pintu keluar," kata Wahyudi Bambang.

Pria yang biasa dipanggil Bambang itu juga menghimbau akan pentingnya membawa keselamatan sendiri, seperti mantel atau payung.

Pusat Primata Schmutzer

Di Ragunan diberlakukan klasifikasi koleksi hewan secara kelompok. Mulai dari reptil, unggas, karnivora, herbivora, mamalia, primata dan masih banyak lagi.

Pusat Primata Schmutzer (Warta Kota/Janlika Putri)

Ada pula fasilitas lain, salah satunya Pusat Primata Schmutzer. Untuk masuk ke sana saya harus melakukan tap kartu lagi.

Di hari biasa harga tiket masuknya Rp.6.000, dan untuk Sabtu-Minggu dan atau libur nasional sebesar Rp 7.500.

Ada berbagai jenis primata yang dilindungi di sana, mulai dari orangutan, gorila, simpanse, dan jenis-jenis primata langka dari dalam dan luar negeri.

Kompleks primata itu berdiri di lahan seluas 13 hektar. Tempat itu diracang dengan konsep open zoo, di mana satwa seolah-olah berada di habitat aslinya.

Kompleks primata itu berdiri di lahan seluas 13 ha. Tempat itu diracang dengan konsep open zoo dimana satwa yang tinggal di dalamnya seolah-olah berada di habitat aslinya.

Halaman
1234