Operator kereta api di Jerman, Deutsche Bahn, melaporkan kenaikan jumlah penumpang kereta api jarak jauh. Selama tahun 2019, jumlah penumpang itu mencapai 150 juta orang.
Padahal kereta api di Jerman masih menggunakan bahan bakar biasa, karena mereka baru berencana beralih sepenuhnya ke listrik dari energi terbarukan pada tahun 2038.
Saat ini Deutsche Bahn sedang dalam proses mengurangi emisi gas buang dari armada mereka, sampai 50 persen di tahun 2030.
Meningkatnya jumlah penumpang kereta api jarak jauh di Jerman, bisa jadi juga didorong tarif kereta api yang lbih murah dari sebelumnya.
Operator kereta di sana menurunkan tarif perjalanan jarak jauh sampai 10 persen.
Aksi
Para pengamat dan pelaku industri transportasi di Jerman berpendapat, banyak faktor yang membuat
penurunan penerbangan tadi. Termasuk harga minyak yang mahal dan keselamatan penerbangan.
Kasus jatuhnya dua pesawat Boeing 737 Max (Lion Air dan Ethiopian Airline) menyumbang ketakutan itu.
Namun faktor perubahan perilaku masyarakat, menjadi lebih peduli lingkungan, juga tak bisa diabaikan.
Satu peristiwa yang dipercaya mendorong masyarakat Jerman berubah adalah bencana kekeringan pada musim panas 2018, yang membuat petani di Jerman menjerit.
Mereka ramai-ramai meminta bantuan keuangan dari pemerintah, karena mengalami gagal panen.
"Menurut saya, ini adalah bukti bahwa kesadaran masyarakat akan perubahan iklim sudah berubah menjadi aksi," kata Stefan Goessling, pengajar mata kuliah ekonomi transportasi di Linnaeus University, kepada reporter Bloomberg.
Perubahan perilaku ini dipercaya juga didorong aksiĀ Greta Thunberg, seorang remaja aktivis lingkungan
asal Swedia.
Dia sama sekali tak menggunakan pesawat terbang saat menempuh perjalanan dari Swedia ke kota Davos di Swiss pada Januari 2019, untuk menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum.
Perjalanan selama 65 jam di kereta api itu berhasil mengurangi 200 kilogram polusi CO2.