Waktu yang tepat
Apalagi rute angkot ini seperti mengelilingi pagar KRB. Dari dalam angkot saya dapat melihat beberapa pemandangn kebun raya. Sopir angkot mengatakan, jam yang saya pilih adalah waktu yang tepat untuk berkujung.
“kalo siang-siang pasti nggak akan cukup waktunya. Nanti keburu tutup atuh. Sudah gitu mah panas kalo siang, tapi sering hujan tiba-tiba ” ucapnya dengan logat Sunda kental.
“Turunnya di sini yah. Nanti tinggal nyebrang ke situ. itu pintu masuknya yang gede,” kata sopir angkot 02 tersebut, saat menurunkan saya tepat di bawah tulisan Jalan Surya Kencana. Dari sana saya menyeberang ke pintu masuk KRB.
Sebenarnya ada beberapa pintu masuk untuk menuju tempat wisata ini, namun pintu utara ini adalah pintu utamanya.
Di sana ada papan petunjuk bewarna biru, yang mengarahkan pengujung ke bangunan dengan dua patung singa berwarna hitam di depannya.
Ada mesin detektor yang harus dilewati semua pengunjung, sebelum menemukan loket penjual tiket masuk.
Setelah membeli tiket, saya berkenalan dengan seorang pria bernama Iteng Dayana. Beliau adalah Petugas Penerangan Informasi KRB.
Tiga puluh tahun bekerja di sana membuatnya hafal setiap sudut "oasis" kota Bogor ini.
Dari beberapa cerita singkatnya, dia menjelaskan bahwa bunga bangkai sedang tak mekar saat ini. Lalu bagian menarik lainnya yang dia ceritakan adalah Museum Zoologi.
“Bagi pengujung Kebun Raya Bogor tak perlu lagi membeli tiket Museum Zoologi.
Tiket yang sudah dibeli sudah termasuk untuk masuk ke sana,” katanya.
Setelah berbincang-bincang selama beberapa menit, kami pun berpisah karena saya ingin segera bertualang di KRB.
Atraksinya banyak
Di dalam KRB terdapat beberapa rute yang bisa dipilih untuk memulai jalan-jalan.
 Baca tanpa iklan
                           Baca tanpa iklan