Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengenal Hada Hiroshi, Pria Jepang yang Jualan Takoyaki di Solo dan Jadi Viral di Medsos

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warung Takoyaki yang viral di Solo

"Ingin memperkenalkan masakan Jepang dengan harga terjangkau dari kalangan bawah sampai ke atas, supaya semua bisa tahu masakan Jepang itu seperti ini," ujar Nurul. 

Nurul mengatakan, perjuangannya bersama dalam mengawali berjualan masakan jepang tidaklah mudah.

Bahkan, mereka sempat memasang papan bertuliskan 'Takoyaki Rp 5.000,- satu porsi' di depan warung yang berada di RT 3/RW 11 Kelurahan Pucangsawit, Solo

"Sampai begitu perjuangan kami dari pertama, Hada juga pernah nawarin lewat facebook ke teman-teman," kata Nurul.

Nurul mengakui masakan Jepang tidak bisa dibilang 100 persen seperti aslinya karena penyesuaian dengan budaya dan selera orang Indonesia. 

"Pertama kali itu, orang Indonesia kebanyak orang Islam, kita kemudian cari bahannya yang halal dulu, setelah itu dicek rasanya, dicoba dikit-sedikti supaya bisa mendekati sana, kalau 100 persen seperti disana tidak bisa," aku Nurul. 

"Disini orang Indonesia suka pedas, disana tidak suka pedas, dulu pernah sekali coba pakai cabai sana, ternyata tidak ada rasanya, kemudian cari lagi yang pedas," tambahnya. 

Nurul mengatakan, beberapa masakan Jepang yang dijual di warungnya memang menyesuaikan lidah orang Indonesia.  

"Misalnya takoyaki seharusnya tidak pakai saos pedas dan cuma pakai saos takoyaki, berhubung disini suka pedas dikasih saus pedas," kata Nurul. 

"Ada juga yang diselerakan orang Indonesia, gyouza disana bakar, berhubung Indonesia suka gorengan, kita buat dua tipe gyouza bakar dan goreng," imbuhnya. 

Nurul mengungkapkan, isian takoyaki yang dijualnya hanya berisi daging gurita dan tidak ada varian isian lainnya. 

"Tidak ada varian, persis dari sana, karena tako itu artinya gurita, jadinya hanya gurita, Hada selalu memperjuangkan isian takoyaki itu cuma gurita," ungkapnya.

Bertemu Penari Indonesia

Pemilik warung takoyaki di Pucangsawit Solo, Hada Hiroshi (62) bertemu Nurul Dewi (41) saat istrinya itu bekerja sebagai penari di Jepang tahun 1998.

Nurul mengatakan, ia menjadi penari selama enam bulan di negeri sakura itu. 

Halaman
123