Pengunjung diajak melihat beragam perahu tradisional di antaranya dari Papua, NTT, Bali, Kepulauan Riau, Madura, Kalimantan, hingga Jakarta sekalipun.
Pengunjung juga bisa melihat perahu ikonik tradisional Nusantara yaitu perahu Pinisi, sebuah perahu asal Bugis yang memiliki keunikan terhadap proses pembuatannya.
"Pinisi ini unik karena dibuat oleh orang Bugis yang dalam proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan gambar teknis. Dia nyambungnya juga gak pake paku besi, tapi pasak kayu dan kulit kayu untuk menutupi celah dinding," jelas Firman.
Perahu unik lainnya adalah perahu Janggolan, buatan Madura, Jawa Timur.
Perahu ini sesuai namanya berarti perahu untuk berdagang. Maka ia difungsikan untuk mengangkut barang dagangan.
Daya muatnya pun tak tanggung-tanggung, hingga 200 ton dengan panjang depan sampai belakang 28 meter dan lebar 3 hingga 4 meter.
Keunikan lainnya adalah di Madura, setiap warganya dari sudut-sudut daerah pulau itu mampu membuat perahu yang berbeda-beda.
"Nah Pulau Madura ini punya keunikan, tiap-tiap daerah itu punya perahunya masing-masing dengan bentuk fisik yang berbeda. Nah, ini perahu-perahu itu dibuat menyesuaikan karakteristik lautnya," tambah Firman.
Perahu-perahu buatan orang Madura biasanya beroperasi di wilayah perairan sekitar Laut Jawa dan Selat Madura dengan pelabuhan-pelabuhan di Kalianget, Pasuruan, dan Muncar.
Tak hanya itu, pada pameran ini, pengunjung juga dapat melihat narasi dari Orang Laut atau Suku Laut.
Suku ini merupakan suku yang hidup mengelompok dalam beberapa perahu yang ditambatkan pada perairan dangkal dan teluk-teluk yang berair tenang.
Suku Laut beranggapan, jika darat adalah tempat bagi orang yang sudah mati. Maka dari itu mereka lebih memilih tinggal dan hidup di perairan.
"Ini kita kasih gambaran kalau orang Indonesia itu ada Suku Lautnya, tinggal di laut, dan itu ada di beberapa daerah, yang paling terkenal itu Suku Bajo di Sulawesi," jelasnya.
Firman menambahkan, jika Indonesia memiliki dua Suku Laut atau Orang Laut yaitu di Suku Bajo dan Kepulauan Riau.
Meski begitu, diakui Firman, sampai saat ini belum ada penelitian yang mengetahui asal mula hadirnya Suku Bajo di Indonesia.
Baca tanpa iklan