Terlebih lagi Indonesia kerap menjadi host di acara-acara internasional.
Ia juga mengatakan, pengeluaran wisatawan baik mancanegara maupun nusantara bisa mencapai 3-4 kali lipat ketika berkunjung ke Indonesia.
Mereka rata-rata menghabiskan uang untuk hotel, transport, makan dan minum, oleh-oleh, dan lainnya.
“Contohnya 3 hari mereka attend conference, bisa habis lebih banyak dari 3 hari leisure, belum lagi mereka untuk entertainment seperti spa dan lainnya,” kata Irvan.
Perlu diketahui, Indonesia pernah memiliki direktorat MICE pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Direktorat yang berdiri pada 2007 ini dipimpin oleh direktur yang setara dengan eselon 2.
Namun pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode pertama, struktur direktorat ini dihapus.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesia Congress & Convention Associaton (INCCA) Iqbal Alan Abdullah mengatakan lima tahun terakhir merupakan masa yang menyulitkan bagi industri MICE di Indonesia.
Seperti yang dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/11/2019), Iqbal menyatakan industri MICE Indonesia tak mengalami perkembangan yang signifikan.
“Tapi kita belum bisa bergerak. Kita punya Presiden yang punya visi hebat untuk MICE, tapi eksekusinya di lapangan yaitu di tingkat kementerian kurang bagus,” kata Iqbal.
Iqbal menilai seharusnya MICE punya potensi besar untuk mengejar Thailand, Singapura ataupun Korea Selatan.
Ia juga menanggapi bergabungnya ekonomi kreatif dan pariwisata dalam satu kementerian.
Iqbal mengatakan pemerintah seharusnya hati-hati dalam pengimplementasiannya.
“Ini harus hati-hati dalam implementasinya, jangan nanti malah lebih beratnya ke kreatif daripada pariwisatanya sebab pariwisata itu luas,” ujarnya.
Ketua DPP INCCA ini juga menambahkan, seharusnya MICE dapat bergerak maju apabila ada pemahaman mengenai pasar dan pengelolaannya.