Di lokasi terakhir, Mbah Dawet termasuk berjualan diteruskan anak ketiga yaitu Parti, dan anak keempat Karti, serta beberapa orang cucunya.
Selain buka di sekitar Taman Bunga, Kota Wonosari, tepatnya di Dusun Pandansari, Desa Wonosari, anak yang lain ada yang buka cabang di Siono, Semanu, dan Siraman.
“Dulu awalnya pindah-pindah, sampai akhirnya disini. Pindah-pindah karena dulu hanya diemper toko,” ucapnya.
“Banyak pelanggan setia, sejak kecil hingga dewasa. Bahkan ketika libur lebaran banyak yang dari kota datang hanya untuk minum Jenang Dawet,” ucapnya.
Sejak pukul 03.00 WIB, dirinya sudah mulai memasak jenang, dibantu 6 orang lainnya.
Memasak masih menggunakan cara tradisional yakni menggunakan tungku dengan kayu bakar.
“Hingga saat ini masih mempertahankan cara memasak sejak ibu saya dulu. Gak perlu bahan pengawet, karena pagi buka sekitar 07.30 WIB, paling siang jam 11.00 WIB sudah habis,” ujarnya.
Anak ketiga Mbah Dawet, Parti mengatakan, awal berjualan ibunya hanya jenang dawet, ditambah camilan seperti Jambu air, dan tape.
Namun saat ini sudah banyak makanan pendamping seperti gorengan hingga aneka lauk.
“Untuk yang dibuat sendiri hanya baceman, dan lainnya itu hanya titipan,” katanya.
• Selain Pantai, 5 Tempat Wisata di Gunungkidul Ini Bisa Dikunjungi Saat Liburan Akhir Pekan
• 7 Tempat Wisata Instagramable di Gunungkidul untuk Liburan Akhir Pekan
LIHAT JUGA:
Salah seorang pelanggan setia dari Kecamatan Playen, Sri mengatakan, sejak muda dirinya sudah membeli jenang dawet.
“Hingga sekarang punya cucu masih sering ke sini,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Makanan Khas Gunungkidul, Yuk Coba Jenang Dawet.