Disinggung apakah persoalan ini muncul karena adanya bebas visa, ia mengaku tidak menjangkau sejauh itu.
Hanya saja menurutnya semua itu soal perilaku wisatawan sehingga pihaknya meminta, pihak-pihak yang mendatangkan wisatawan juga harus melihat kelas wisatawannya dan sepakat untuk membangun wisatawan yang berkualitas.
“Orang yang datang yang berkunjung ke Bali adalah orang yang berkualitas. Artinya orang ke Bali itu memang untuk mengetahui dan mengenal Bali, mengenal masyarakat Bali, keindahan yang ada baik adat istiadat dan budaya, bukan justru merusak,” katanya.
Guna mengantisipasi hal tersebut, akan dibentuk tim terpadu antara Pemkab Badung melalui Satpol PP, Polres Badung, Kejari Badung, dan Imigrasi.
“Intinya kita sesuai prosedur,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum I IHGMA, I Made Ramia Adnyana, juga merasa sangat prihatin.
"Perlu adanya tindakan tegas dari aparat, agar kasus-kasus seperti ini ditangani dengan serius sehingga ketertiban dan keamanan destinasi tetap terjaga dengan baik," tegasnya.
Ia tak memungkiri bahwa tindakan turis ini karena dampak dari free Visa.
"Sebab ini sifatnya oknum dan pribadi tamu bersangkutan," ujar pria yang juga GM Hotel Sovereign ini.
Ia setuju dengan perlunya standarisasi yang tegas untuk mengatur wisatawan yang datang ke Bali agar lebih berkualitas.
Kalau IHGMA, kata dia, mendukung pemerintah agar lebih fokus mendatangkan tamu yang high end sehingga tidak ada lagi tamu yang kere atau tidak bawa uang ke Bali ke depannya.
Namun ia juga setuju perlu adanya pembatasan akomodasi untuk mewujudkan pariwisata berkualitas ini.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Bahas Kasus Semakin Banyaknya Wisman Berulah, Dispar Badung Panggil 20 Pelaku Pariwisata