Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Wisata Buku Pasar Kenari yang Viral di Twitter, Surganya Traveler Pecinta Buku Murah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan desain luar gedung Pasar Kenari yang terlihat seperti rak buku.

"Ramainya pembeli hanya sepekan awal setelah tempat ini dibuka Gubernur Anies Baswedan pada akhir April 2019", kata Labora, dikutip TribunTravel dari laman Kompas.com.

Setelah itu, jumlah pengunjung semakin menurun hingga saat ini atau hampir tiga bulan terakhir.

Menurut Labora Sitorus, sejak pekan kedua toko buku murah dan wisata buku di Pasar Kenari ini dibuka, banyak pedagang yang menutup kios dan memilih berjualan di kios maupun lapak lama mereka di Pasar Senen.

"Di sana penjualannya lebih menjanjikan. Saya pun masih membuka satu lapak di Pasar Senen dengan hasil penjualan yang lebih bagus dibandingkan di Pasar Kenari ini," kata Sitorus yang sudah sejak 2013 berjualan buku di Pasar Senen.

Sitorus membandingkan, penjualan offline di Pasar Kenari hanya mencapai rata-rata sepuluh buku per hari, sedangkan di Pasar Senen bisa mencapai 40 buku per hari.

Senada dengan Sitorus, seorang pedagang lain, Indah Suciati, mengaku ramainya penjualan di Pasar Kenari berlangsung pada sebulan pertama.

"Setelah itu berangsur sepi. Untuk mencapai penjualan Rp 100.000 per hari susahnya bukan main," kata pemilik kios buku di Pasar Senen itu.

Padahal, lanjut dia, di kiosnya yang lama di Pasar Senen, penjualan rata-rata per hari bisa mencapai Rp 300.000.

Menurut dia, promosi yang kurang gencar membuat sentra buku di Pasar Kenari ini sekarang sepi pembeli.

"Pada awal-awal dibuka saja promosinya gencar. Bahkan, saya pernah lihat ada ada promosi dengan mobil iklan di kawasan Tugu Monas," kata Indah.

Sekarang, lanjut Indah, dia sudah tidak pernah melihat promosi tentang sentra buku Pasar Kenari lagi.

Sepakat dengan Indah, seorang pedagang lain, Naomi Peda berharap pemerintah terus gencar mempromosikan sentra buku Pasar Kenari tempat dia berjualan.

"Jangan sampai karena semakin sepi, semua pedagang pindah dari tempat ini. Saking sepinya, untuk dapat terjual satu buku saja saya kesulitan," kata pedagang yang khusus berjualan buku bekas.

Padahal, lanjut dia, fasilitas yang ada di lantai tiga Pasar Kenari ini sangat lengkap dan nyaman.

"Jangan sampai fasilitas yang bagus di Pasar Kenari ini tidak dinikmati masyarakat karena promosi yang kurang gencar," kata wanita perantau asal Sumba, Nusa Tenggara Timur, itu.

Halaman
123