Ke depan, dirinya juga berencana mengembakan penginapan yang ia miliki.
“Nanti kalau ada modal, dan tamunya ramai, kami akan menambah kamar. Bila perlu ada mice-nya,” ujarnya seraya menambahkan, musim low session pihaknya juga memberikan diskon khusus.
Dikatakan, high session (musim ramai kunjungan wisatawan) terjadi pada bulan Juli hingga Agustus.
Suliastama tak sendiri, penginapan juga dikembangkan oleh masyarakat lainnya.
Adalah Nyoman Sundi yang juga mengembangkan penginapan semenjak setahun terakhir.
Penginapan yang ia beri nama Sundi Ocean Bungalow itu awalnya hanya memiliki satu kamar, namun kini sudah memiliki enam kamar serta empat kamar berikutnya masih dalam proses pembuatan.
Sebelum merintis penginapan, ia mengaku berprofesi sebagai petani rumput laut.
Nyatanya profesi itu tidak mampu memberinya penghasilan yang layak sehingga ia pun akhirnya memilih menjadi tukang.
Pilihan menjadi tukang juga tak mampu memberikan hasil yang maksimal sehingga ia pun mulai melirik potensi pariwisata yang semakin berkembang.
"Setelah pertukangan tidak mampu menghidupi saya. Banyak anak-anak (yang harus dibiayai), pindah saya ke wisata," tuturnya saat ditemui, Minggu (31/3/2019) pagi.
Semenjak ia beralih profesi ke sektor pariwisata, ia mengakui bahwa sektor ini lebih enak untuk dilakoni.
Pendapatan yang ia hasilkan dalam satu bulan bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan, yang jika dibandingkan saat bertani rumput laut hanya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.
Ia pun mengaku membangun penginapannya itu dengan uang hasil mengontrakkan tanahnya kepada orang lain.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Pariwisata Nusa Penida Menggeliat, Masyarakat Lokal Mulai Kembangkan Penginapan