Tim kampanye Earth Hour berharap setiap anggota keluarga, siapapun mereka, berapapun usianya bisa berpartisipasi mengambil langkah sederhana untuk menyelamatkan bumi sekaligus mempererat kebersamaan mereka.
3. Mengapa Earth Hour digelar setiap Maret?
Akhir Maret dipilih sebagai waktu penyelenggaraan Earth Hour karena saat itu, mayoritas negara di seluruh belahan dunia sedang mengalami pergantian musim sehingga suhunya pun cukup nyaman bagi penduduk Bumi jika pendingin maupun pemanas ruangan dimatikan saat Earth Hour.
Selain itu, di akhir Maret, rata-rata semua belahan dunia sudah cukup gelap sekitar jam 20.30 hingga 21.30 sehingga efek Earth Hour akan sangat terasa.
Lain halnya jika dilakukan di pertengahan tahun di mana negara-negara tertentu masih terang hingga jam delapan malam.
4. Mengapa berpusat di Jakarta?
Selain karena statusnya sebagai ibu kota dengan beberapa bangunan khas yang dapat dipadamkan, Jakarta juga merupakan kota dengan tingkat konsumsi listrik terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data konsumsi listrik pada 2008, total 23 persen konsumsi listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang.
Itu untuk skala kota.
Lain halnya jika melakukan perbandingan antar pulau, maka wilayah Jawa-Bali adalah konsumen listrik terbesar di Indonesia.
Sebesar 78 persen konsumsi listrik negara terpusat di kedua pulau ini.
5. Apa manfaat yang didapat jika kita melakukan efisiensi energi listrik?
Mayoritas energi listrik yang kita nikmati masih dihasilkan dari pembakaran sumber daya yang tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batu bara.
Padahal, kita tahu ketersediaan bahan bakar tersebut semakin menipis dan dampak pembakarannya pun menghasilkan emisi yang mempercepat laju pemanasan global.
Untuk menghindari kerugian yang lebih luas akibat pemanasan global, ada dua cara yang bisa kita lakukan, yaitu efisiensi energi dan konversi energi ke sumber-sumber terbarukan.