Para sarjana modern memperdebatkan bagaimana Viking melakukan penyiksaan ritual ini dan apakah mereka melakukan metode yang mengerikan ini.
Proses elang darah memang sangat kejam dan mengerikan sehingga sulit untuk percaya bahwa itu sebenarnya bisa dilakukan.
Terlepas dari apakah itu hanya sebuah karya fiksi sastra, tidak dapat disangkal fakta bahwa ritual itu benar-benar mengerikan.
Tangan dan kaki korban diikat untuk mencegah pelarian atau gerakan tiba-tiba.
Kemudian, orang yang ingin membalas dendam menusuk korban dengan tulang ekornya dan naik ke tulang rusuk.
Setiap tulang rusuk kemudian dengan cermat dipisahkan dari tulang belakang dengan kapak, yang membuat organ-organ internal korban terlihat.
Korban dikatakan tetap hidup sepanjang eksekusi.
Yang lebih buruk lagi, orang Viking secara harfiah akan menggosok garam ke luka menganga untuk menambah rasa sakit.
Seolah-olah ini tidak cukup, setelah semua tulang rusuk orang itu dipotong dan menyebar seperti jari-jari raksasa, penyiksa kemudian menarik keluar paru-paru korban untuk membuatnya tampak seolah-olah orang itu memiliki sepasang sayap yang tersebar di punggungnya.
Dengan demikian, korban telah menjadi burung berlendir dan berlumuran darah.
Ritual Di Balik Elang Darah
• Hoki! Jadi Barang Langka, 600 Koin Harta Karun Zaman Viking Ditemukan Bocah Berusia 13 Tahun
Raja Aella bukanlah raja terakhir yang menghadapi elang darah.
Seorang sarjana percaya setidaknya empat tokoh penting lainnya dalam sejarah Eropa Utara mengalami nasib yang sama.
Raja Edmund dari Inggris juga menjadi korban Ivarr the Boneless.
Halfdan, putra Raja Haraldr dari Norwegia, Raja Maelgualai dari Munster dan Uskup Agung Aelheah semuanya diyakini sebagai korban penyiksaan elang darah karena mereka adalah korban dari Ivarr the Boneless yang tanpa ampun dan haus darah.