Di dalam museum itu, wisatawan bisa mengetahui sejarah Melaka dari Era Portugis (1511 - 1641), Belanda (1641 - 1824), Inggris (1824 - 1957), dan Jepang (1942 - 1945), juga sejarah tentang kehidupan masyarakat Melaka mulai dari arstitektur rumah, dan tradisinya.
Memasuki museum itu juga jangan lupa mendatangi Museum Laksamana Cheng Ho.
Dari area utama Museum Sejarah untuk menuju Museum Laksamana Cheng Ho, wisatawan sebaiknya menikmati lansekap bangunan itu.
Karena lansekap bangunan museum itu bisa dipandang dari lokasi lebih tinggi di dekat pintu masuk Museum Laksamana Cheng Ho.
Dan pemandangan mengesankan pada seluruh bangunan akan terlihat.
Merah, anggun, dan terjaga baik berpadu dengan langit biru.
Dari Museum Laksamana Cheng Ho, keluarlah lewat jalur di sampingnya.
Menyusuri jalur pejalan kaki, wisatawan bisa menuju perbukitan di belakang kawasan museum tersebut.
Di perbukitan itu terletak reruntuhan bangunan gerejaSt Paul.
Gereja St Paul merupakan gereja Katolik tertua yang ada di Asia Tenggara.
Awalnya hanya kapel yang dibangun tahun 1521 oleh seorang kapten asal Portugis, Duerte Coelhe.
Tahun 1641, gereja itu berganti nama menjadi Gereja st Paul setelah Belanda menduduki Melaka.
Dari pelataran Gereja St Paul, wisawatan bisa melihat Melaka dari ketinggian sampai ke Semenanjung Melaka.
Tamingsari Tower - satu tower tertinggi di Melaka dan termasuk destinasi wisata - juga terlihat dari kawasan ini.
Setelah dari St Paul, berjalanlah ke A Famosa atau pintu gerbang Santiago.