Dikutip KompasTekno dari The Air Current, Kamis (15/11/2018), sistem ini akan aktif saat: Angle of attack besar Autopilot off Flap (sirip tambahan di sayap) tidak menjulur keluar Berbelok terlalu tajam (miring).
MCAS akan menggerakkan horizontal stabilizer ke atas sebesar 0,27 derajat per detik.
Sudut terbesar yang bisa dibuat adalah 2,5 derajat, yang membutuhkan waktu 9,26 detik.
Sistem ini baru akan non-aktif saat angle of attack mengecil, atau pilot meng-override (mengambil alih kendali) dengan cara manual trim.
Oleh karena itu, rekomendasi Boeing yag terbit setelah kecelakaan JT610 menyebut, jika terjadi anomali angle of attack, pilot diminta mengatur trim sendiri, baik dari tombol elektrik di setir pesawat, atau manual dengan memutar roda trim.
Jika anomali tersebut terus berulang, Boeing juga menginstruksikan pilot untuk mematikan stabilizer trim lewat switch yang disediakan, dan tetap dalam kondisi mati (CUTOUT) sepanjang penerbangan.
Anomali yang terjadi dalam penerbangan Lion Air JT610 sendiri menurut KNKT adalah sensor Angle of Attack (AoA) yang memberikan input yang mengacau atau berbeda-beda.
Untuk dipahami, bahwa kecelakaan pesawat tidak disebabkan oleh satu faktor tunggal.
Fitur otomatisasi di 737 MAX dan kacaunya sensor AoA Lion Air JT610 adalah dua dari sekian banyak faktor yang sedang diinvestigasi KNKT.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ada Fitur di 737-Max yang Dirahasiakan Boeing. Adakah Hubungannya dengan Kecelakaan Lion Air?