DN Aidit menawarkan posisi Menteri/Panglima Angkatan Darat kepara Pranoto untuk menggantikan Jenderal Ahmad Yani.
DN Aidit juga menyampaikan konsep Dekrit Dewan Revolusi yang harus ditemukan malam itu dan disiarkan pada 1 Oktober 1965.
Setelah itu, rencananya DN Aidit bertemu Sukarno di rumah Komodor Susanto di Halim Perdanakusuma.
Pertemuan ini dirancang dengan skenario DN Aidit memaksa Sukarno membersihkan Dewan Jenderal, lalu memintanya mengundurkan diri sebagai presiden.
Namun, pertemuan dengan Sukarno ini gagal.
Gantinya, DN Aidit mengutus Brigadir Jenderal Soepardjo untuk menemui Sukarno yang berada di Halim tetapi di tempat terpisah.
3. Versi surat DN Aidit ke Sukarno.
Dalam surat DN Aidit ke Sukarno yang tertanggal 6 Oktober 1965, pada malam 30 September 1965 ia dijemput Cakrabirawa untuk rapat darurat kabinet di Istana Negara.
Namun, DN Aidit malah dibawa ke Jatinegara dan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Di Halim, DN Aidit ditempatkan di rumah kecil dan diberitahu tentang akan adanya penangkapan anggota Dewan Jenderal.
Keesokan harinya, DN Aidit menerima kabar Sukarno memberi restu terhadap penyingkiran Dewan Jenderal.
Lalu, DN Aidit diminta ke Yogyakarta dengan pesawat untuk mengatur kemungkinan evakuasi Sukarno.
Yogyakarta dipilih karena dianggap tempat yang tepat sebagai markas pemerintahan sementara.
Hingga kini, dari ketiga versi tersebut belum jelas mana yang lebih benar.
Pihak keluarga bahkan baru tahu beberapa tahun kemudian, DN Aidit pernah dibawa ke Halim Perdanakusuma.
Selain itu, tak ada yang tahu kebenaran pastinya.
(TribunTravel.com/Rizki A Tiara)
Baca tanpa iklan