Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kasus Aneh Kijong-dong dan Daesong-dong, Dua Desa Perbatasan Korea yang Jadi Sarang Propaganda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiang bendera Korea Utara dan Korea Selatan

Tiang bendera

(Amusingplanet.com)

Pada 1980-an, Korea Selatan mendirikan tiang bendera setinggi 98 meter di Daeseong-dong, mengibarkan bendera Korea Selatan seberat 130 kg.

Korea Utara menanggapi dengan membangun tiang bendera setinggi 160 meter dengan bendera yang beratnya 270.

Orang Selatan menyebut Kijong-dong sebagai "Desa Propaganda", meskipun istilah itu bisa diterapkan untuk keduanya.

Tak cuma saling menciptakan desa propaganda.

Kedua negara ini saling berbenturan satu sama lain menggunakan audio propaganda yang dipasang melalui pengeras suara yang besar.

Pengeras suara itu kemudian diarahkan ke negara lawan sebagai bentuk propaganda.

Awalnya, siaran DPRK memuji kebajikan Utara dan mendesak tentara yang tidak puas dan petani untuk berjalan melintasi perbatasan ke surga yang seharusnya di Korea Utara.

Ketika itu tidak berhasil, mereka beralih ke pidato anti-Barat, opera-opera Komunis, dan lagu-lagu militer Korea Utara.

Sementara itu, Korea Selatan menggoda saingan berat mereka dengan memainkan lagu-lagu dari grup-grup girlband K-pop populer dalam desibel tinggi.

Siaran ini sangat keras sehingga pengeras suara dapat didengar hingga 10 km ke wilayah Korea Utara pada siang hari, dan hingga 24 km di malam hari.

Kpop Apink (Amusingplanet)

“K-pop adalah alat propaganda yang sangat kuat,” kata Profesor Roald Maliangkay, direktur Institut Korea di The Australian National University. "Ini menggambarkan Korea Selatan sebagai negara kaya yang hiper-modern, yang hanya dihuni oleh orang-orang yang bersemangat dan menarik."

"Lagu-lagu grup K-pop terdengar optimis, kuat dan lirik lagu-lagu yang dipilih menggambarkan citra Korea Selatan yang sangat bersatu," katanya kepada The Outline .

Selain K-pop, pembicara Korea Selatan juga menyampaikan program budaya dan berita dari luar negeri yang disensor oleh rezim Kim Jong-un, serta diskusi yang baik tentang demokrasi, kapitalisme dan kehidupan di Korea Selatan, dan komentar tentang korupsi dan salah urus dalam Utara.

Siaran ini begitu terpatri pada saraf Kim bahwa ia mengancam akan meledakkan penutur Korea Selatan.

Halaman
1234