Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - "Setiap tahun kita kehilangan satu meter es yang berarti 80 tahun yang lalu, gletser ini jauh lebih besar daripada sekarang."
Demikian kata Bernhard Tschannen, CEO perusahaan ski Swiss.
Gletser Tsanfleuron semakin mundur setiap tahun.
Dari waktu ke waktu, es yang mencair ini mengungkap tragedi orang-orang yang ditelan salju selama beberapa dekade.
Setidaknya 280 orang dinyatakan hilang di pegunungan dan danau sekitar Alpen di Diablerets, Swiss selatan dari 1926 sampai sekarang.
Dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com, pada 2012, tiga saudara ditemukan beku di salju oleh pendaki Inggris.
Mereka dilaporkan hilang pada 1926 dan tidak terlihat lagi selama delapan setengah dekade.
Pada 2008, tubuh seorang pendaki yang jatuh dari tebing pada 1954 ditemukan.
Terakhir, pada Juli tahun lalu, dua sepatu bot, satu topi, sebuah buku, tas punggung, botol, dan jam tangan berhasil ditemukan di samping sisa-sisa mumi dari pasangan yang berpelukan.
“Mayat itu tergeletak dekat satu sama lain."
"Mereka mengenakan pakaian yang berasal dari periode Perang Dunia Kedua,” kata Tschannen, orang yang pertama menemukan dan melaporkan insiden tersebut.
"Mereka sempurna diawetkan di gletser dan barang-barang mereka utuh," katanya.
Lewat dokumen yang masih terjaga dengan baik, kedua identitas mumi itu berhasil diidentifikasi.
Mereka adalah Marcelin dan Francine Dumoulin, seorang pembuat sepatu dan guru.
Baca tanpa iklan