TRIBUNTRAVEL.COM - Jalur kereta api yang menghubungkan Banjar–Pangandaran- Cijulang telah dinonaktifkan sejak 3 Februari 1981.
Penonaktifan jalur sepanjang 82 kilometer ini karena mahalnya biaya operasional yang tidak sepadan dengan pendapatan dari pengoperasian kereta di jalur tersebut.
Awalnya, pembangunan jalur ini dimulai atas usul Pemerintah Hindia Belanda karena banyaknya palawija dan kopra yang bisa diambil dari daerah Ciamis dan sekitarnya.
Daerah sekitar jalur ini memang penghasil perkebunan dan pertanian yang melimpah.
Dengan demikian, dibutuhkan moda transportasi untuk mendistribusikan hasil bumi tersebut.
Jalur kereta ini pun menjadi sarana transportasi hingga 1980-an.
Sebelumnya, hasil bumi harus didistribusikan ke daerah lain dengan menggunakan gerobak.
Namun, cara ini memakan waktu sehingga hasil bumi itu banyak yang masih tersimpan di rumah untuk jangka waktu yang lama.
Setelah ditutup, jalur ini sempat akan direaktivasi, namun rencana itu mandeg karena krisis ekonomi yang menghantam kawasan Asia dan bantalan rel yang sudah terpasang kembali dilepas.
Empat terowongan
Sepanjang jalur kereta Banjar–Pangandaran–Cijulang, terdapat 4 buah terowongan yang bisa dilalui, yakni Batulawang (281 meter), Hendrik (105 meter), Juliana (147 meter), dan Wilhelmina (1116 meter).
Hingga saat ini, Terowongan Wilhelmina tercatat sebagai terowongan terpanjang di Indonesia.
Terowongan yang namanya diambil dari nama Ratu Belanda ini melintasi bukit kapur di bawah dua desa, yakni Empak dan Bagolo di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Selain terowongan, jalur ini juga memiliki beberapa jembatan.
Satu di antaranya Jembatan Cikacepit yang menghubungkan Banjar dan Pangandaran.