TRIBUNTRAVEL.COM - Memiliki Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) jenis kapal selam memang sangat tepat untuk bagi Indonesia.
Sejarah mencatat, dengan adanya kapal selam Whiskey Class dari Uni Soviet pada 1960an membuat Belanda 'keder' dan angkat kaki dari bumi Irian Barat.
Seiring berjalannya waktu, kapal selam milik Angkatan Laut Indonesia mulai diremajakan dan diganti dengan Tipe U-209 buatan Jerman.
Ada kisah menarik ketika kapal selam U-209 milik TNI AL, KRI Cakra 401 selesai melakukan Overhaul (perbaikan) di Jerman.
Saat itu tahun 1987, awak KRI Cakra sudah berada di Jerman untuk membawa pulang kapal selam tersebut ke Indonesia.
Proses pemulangan KRI Cakra ini tidak seperti kapal selam negara lain yang diangkut dengan kapal besar.
KRI Cakra akan berlayar dari Jerman langsung menuju Indonesia.
Pelayaran tersebut direncanakan dari tanggal 16 Juni 1987 hingga 13 Agustus 1987.
Maka berlayarlah KRI Cakra bersama dengan krunya dari Jerman menuju Indonesia.
Proses pelayaran jarak jauh dengan kapal selam bukanlah perkara mudah, apalagi ketika sampai di Pulau Sicilia, Italia kemudi horizontal KRI Cakra sempat tersangkut jaring nelayan setempat.
Namun, semua kendala dapat diatasi oleh awak kapal KRI Cakra.
Ketika melewati Terusan Suez dan masuk ke Laut Merah, rupanya dari perairan Jibouti, KRI Cakra sudah diikuti sebuah pesawat intai maritim P3 Orion milik Angkatan Laut Prancis.
Maksud dari P3 Orion AL Prancis tersebut ialah memata-matai KRI Cakra dan mengambil data-data tentang kapal selam milik Indonesia tersebut.
KRI Cakra kemudian menyelam sampai kedalaman 75 meter di bawah permukaan laut.
Tak mau kehilangan sasarannya P3 Orion Prancis kemudian melemparkan Sonobouy, semacam alat pemancar sonar yang dicemplungkan ke laut untuk mendeteksi keberadaan kapal selam.