Cukup empuk dan terasa bumbunya saat dilumat.
Kuah kari bercampur santannya terasa gurih oleh rempah, percampuran rasanya baru pertama kali saya rasakan.
Mi dipadukan daun bawang, juga seledri, dan mi kering di atasnya menambah nikmat selera.
Warga lokal biasa memakannya menggunakan acar dan perasan jeruk nipis.
Tentu rasanya akan semakin segar.
Namun, saya dan beberapa wisatawan asal Indonesia lebih suka menambahkan bubuk cabai di kuah karinya.
Nampaknya kebiasaan makan dengan sambal di tanah kelahiran sulit ditutup-tutupi.
Menurut Willawan dalam satu hari ia bisa menjual 200 lebih porsi, hanya untuk menu khao soi saja.
Sedang menu lain di rumah makannya masih ada kari, satay, tom yum, dan masih banyak lainnya.
Ia juga hanya menjual menu halal termasuk khao soinya.
Namun, saat kunjungan KompasTravel bersama TAT, terlihat wisatawan dari berbagai negara.
Saat itu terlihat 80 persen pengunjungnya justru wisatawan.
Bagi yang ingin membuktikan cita rasanya, kedai ini buka sejak pukul 09.00 - 18.00 waktu setempat.
Satu porsi khao soi sapi, dijual 100 baht, yang berarti sekitar Rp 43.000, dengan kurs saat itu satu baht sama dengan Rp 430.
Berita ini sebelumnya telah dimuat di Kompas.com dengan judul Nikmatnya Daging Sapi Berempah pada Semangkuk Khao Soi Chiang Mai.
Baca tanpa iklan