Selanjutnya, anggota keluarga akan berkumpul di sekitar peti mati.
Beberapa diantara mereka mulai berkomunikasi dengan mayat seolah sudah lama tidak bertemu.
Keunikan dari mayat yang diletakkan di gua itu adalah, bentuknya yang masih sempurna.
Padahal mayat ini sudah dimakamkan lebih dari 30 tahun yang lalu.
Setelah diajak komunikasi, tubuh mayat kemudian dibersihkan, dirampikan dan diberi baju baru.
Setelah proses selesai, dia terlihat jauh lebih segar dan hampir seperti manusia hidup.
Sepintas, orang bisa salah mengira mayat ini seperti orang hidup, meskipun tubuhnya sangat kurus dan sedikit menyeramkan.
Bagi mayat ini, dia sudah merayakan Ma'nene untuk ke 10 kalinya.
Ma'nene, biasanya diadakan sekali setiap tiga tahun setelah masa panen, atau sesuai dengan petunjuk dari para sesepuh spiritual.
Bagi orang luar, apa yang dilakukan ini terbilang cukup gila.
Namun bagi budaya Toraja, praktek ini diperlukan untuk menghormati nenek moyang mereka.
Untuk memahami ritual aneh dari budaya Toraja, pertama harus memahami kesetiaan dan penghormatan masyarakat terhadap leluhur mereka.
Unsur besar tradisi Toraja diambil dari sentimen itu.
Tradisional Tongkonan rumah, misalnya, dibangun dengan atap berbentuk perahu sebagai pengingat jika nenek moyang mereka pertama kali mencapai daratan setelah mengarungi laut besar dengan perahu tradisional.
Ma'nene juga dianggap sebagai ritual untuk memperkuat ikatan antara orang yang hidup dan mati.