Kini tempat tersebut digunakan sebagai lokasi peziarahan dan juga wisata religi.
Banyak orang dari luar daerah yang mengunjungi petilasan ini.
Di lokasi ini juga ada sebuah sendang dengan air yang jernih, yang sering disebut dengan Sendang Gabusan.
Sendang tersebut sering digunakan warga sekitar untuk mandi, konon menurut cerita masyarakat, air pada dapat membersihkan dari segala hal-hal negatif.
"Masyarakat yang sering mandi di sendang ini, bukan hanya ingin bersih secara fisik saja, namun mereka juga ingin batin dan rohaninya juga bersih," tambah Utomo.
Selain itu, Sendang Gabusan tersebut juga sering digunakan warga untuk mencuci baju.
"Walau pun para warga sering mencuci baju di sendang ini, namun air di sendang ini tidak akan pernah keruh, karena airnya terus mengalir dari bawah tanah, dan terus berganti, sehingga sendang tersebut selalu jernih," jelas Utomo.
Menurut cerita warga, bangunan di makam Kyai Bagus Khasuntuko tersebut dibangun menggunakan pola arsitektur Mahameru.
Pola struktur bangunan di tempat tersebut membentuk beberapa tingkatan, yang konon merupakan penggambaran dalam filosofi Jawa.
"Pola bangunan seperti ini menggambarkan bahwa para penguasa berada di paling atas, sedangkan yang di bawah merupakan tempat para abdi atau rakyat. Oleh karena itu makam Kyai Bagus Khasantuko berada di paling atas tempat ini," Papar Utomo.
Di sekitar lokasi sendang, juga terdapat sebuah Pohon langka yang tinggi besar, yaitu pohon Gayam.
Utomo mengatakan, biasanya di sendang dan tempat yang dianggap keramat pasti ditumbuhi pohon Gayam Ini.
Pohon gayam, oleh warga sekitar dianggap berkaitan dengan hal-hal keramat dengan aura yang positif.
Seperti untuk menjaga kenyamanan dan ketentram, dan juga menjaga air di sekitarnya.
Wisata Religi di makam Kyai Bagus Khasantuko ini, dapat menjadi alternatif lain, bagi traveler yang menyukai tentang prasasti atau peninggalan-peninggalan kuno.
Serta belajar dari kisah-kisah spiritual kehidupan jaman dahulu, agar kita bisa terus dekat dengan sang pencipta. (TRIBUN JOGJA/ Gilang Satmaka)