TRIBUNTRAVEL.COM - Selain keragaman suku dan budaya, Indonesia kaya akan kuliner. Salah satu contohnya ialah soto.
Menurut Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, ragam jenis soto nusantara mencapai 40 jenis.
Dari banyaknya ragam soto tersebut tetap ada perbedaan di antara semuanya.
Salah satunya soto Lamongan yang kian tersohor akibat tersebarnya kedai-kedai soto Lamongan di seantero nusantara.
“Soto Lamongan itu mewakili Jawa Timur banget, di sampingnya ada soto Madura. Memang hampir mirip tapi punya ciri khas di antara keduanya juga sama soto lain,” ujar Vonny, pemilik Resto Soto Lamongan Kedoya kepada KompasTravel, Selasa (6/6/2017).
Ciri khas yang selalu melekat dari resep leluhur soto Lamongan ialah terdapat taburan koya, dan daging ayam yang diiris menyamping, tapi tidak hancur.
Agar daging ayam tidak hancur dipotong menyamping, harus menggunakan daging ayam kampung atau sejenis yang yang memiliki daging padat rekat, tak seperti ayam negeri atau broiler.
Selain itu hal yang tidak boleh dilupakan juga keberadaan seperti kol dan daun bawang, tetapi tanpa tomat.
Sedangkan soto di daerah barat Pulau Jawa seperti soto bandung, soto betawi cenderung polos, berisi daging.
Untuk kuah sendiri akan terasa berbeda dengan yang lain, terutama dari warna kuning yang dihasilkan dari rempah kunyit.
Sementara bumbu lainnya tak jauh berbeda dengan soto Jawa Timur yang cenderung asin gurih, seperti bawang, lada, kemiri, ketumbar hingga jahe.
“Yang paling mencolok dari kuahnya sebelum dicoba itu soto lamongan gak pakai santen atau susu, tapi pakai rempah kunyit jadi kuning, beda sama (soto) kudus yang kecoklatan,” ungkap Vonny.
Koya sendiri berguna sebagai penyedap, bisa juga sebagai pengental kuahnya agar lebih pekat.
Koya terbuat dari dominan bawang putih bubuk dan kerupuk.
Cita rasa soto Lamongan yang khas tersebut ternyata tidak cocok dengan kecap manis.