Sementara itu, warga Mantehage sering menjumpai buaya mencari makanan di hutan bakau.
Aneka fauna air di bakau menambah daftar keunikan Pulau Mantehage.
Di sekitar pulau ini terdapat hamparan terumbu karang.
Jenis ikan karang menjadi satu tangkapan lazim di Pulau Mantehage.
Walau tak sebanyak waktu lalu, kelelawar juga masih merupakan satwa liar yang terdapat di Pulau Mantehage yang terbagi dalam empat kampung itu.
Selain Buhias, ada kampung Bongo, Tangkasi, dan Tinongko.
"Dengan potensi yang dimilikinya, saya rasa Mantehage cocok untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata," ujar pemandu wisata Noldy K saat menemani para peneliti Tarsius melakukan survei di Mantehage akhir pekan lalu.
Sebagian warga Mantehage juga menggantungkan hidup mereka dari hasil bertani dan kebun.
Para pembuat minuman khas Minahasa, "cap tikus" juga bisa dijumpai di Mantehage.
Menyaksikan mereka mengambil getah dari pohon Seho (aren) lalu menyuling dengan cara memasak selama berjam-jam untuk menghasilkan minuman beralkohol tersebut, adalah pengalamaan unik yang mungkin tak bisa dilewatkan.
Keramahan penduduk Mantehage yang sebagian besar merupakan suku Sangir/Siau ini juga merupakan modal utama dalam mengembangkan ekowisata.
Pendatang tak kesulitan untuk mencari penginapan di rumah warga. (Kompas.com/Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol)