Tingginya produksi tomat kala itu membuat harga tomat sangat murah.
Ini membuat Sri Ngestiwati berpikir bagaimana caranya bisa mengatasi produksi tomat yang berlebih kala itu menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan.
Akhirnya setelah serangkaian percobaan, terciptalah tomat rasa kurma atau Torakur dengan merk dagang Torakur “Bu ngesti”.
Nama torakur sendiri sudah dipatenkan oleh warga Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang tersebut.
Sejak diproduksi 2002 lalu, diungkapkannya, torakur hingga kini sudah diakui oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Semarang.
Tidak itu saja, di kediamannya yang juga jadi tempat pengolahannya Torakur kerap dijadikan tujuan studi banding.
Mulai dari rombongan tani, PKK hingga sekolah baik dari dalam maupun luar kota.
Sejak 2013 lalu, Sri Ngestiwati sudah memiliki outletnya sendiri.
Jika sebelumnya torakur lebih banyak dijual di sentra oleh-oleh lain, sekarang Torakur juga dijual langsung di toko miliknya.
Sentra oleh-oleh miliknya beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro No 51 KM 1.7 Bandungan.
Tidak hanya Torakur, di outlet miliknya juga terdapat jenis oleh-oleh lain yang juga ia produksi seperti nice tomato dan papaya candy.
“Itu juga bagian dari inovasi. Semua bahan bakunya tomat dan pepaya diambil dari Bandungan,” jelas Sri Ngestiwati.
Torakur dijual dalam dua kemasan berbeda yakni 225 gram dan 500 gram.
Untuk ukuran kecil dijual seharga Rp 17.000 sedangkan ukuran yang lebih besar dijual Rp 35.000. (Magang Tribun Jateng/Maulana Ramadhan)