Syech Umar lantas mengisinya dengan air hujan yang turun setiap malam Jumat.
Setelah pesan itu ditunaikan, akhirnya batu melahirkan banyak anak.
Konon hingga kini, jumlah batu itu terus bertambah.
Tempayan tersebut kini berada di dalam lokasi Makam Syech Umar dan tertutup rapat dalam sebuah ruangan layaknya sebuah rumah berwarna kuning.
Awalnya bangunan berarsitektur Melayu ini hanya dibangun dari kayu.
Setelah menjalani beberapa kali pemugaran, makam tersebut kini lengkap dengan bangunan permanen.
Pada bagian depan bangunan terdapat pilar kuning dan pilar hijau, serta satu gapura.
Makam tersebut kini dikelola oleh Menantu Syech Umar yakni Khalifah Yunus.
Total ada lima makam di bangunan tersebut, di antaranya Syech Umar dan istrinya, Budiyah, makam dua anaknya yakni Budin dan Siti Mainmunah, ditambah makam satu cicitnya.
Tak ada catatan tersendiri tentang Syech Umar.
Namun sesuai nisan di pusara tersebut, Syech Umar lahir pada tanggal 1869, meninggal dunia di Dumai pada 1960.
Sementara istrinya meninggal dunia setahun sebelum Syech Umar menghembuskan napas terakhir.
Lokasi ini kerap didatangi para peziarah.
Makam Syech Umar ditutupi tirai kelambu.
Tirai tersebut dibuka bila pengunjung hendak ziarah dan membacakan doa.
Para peziarah tidak hanya berasal dari Dumai, ada yang berasal dari daerah luar Dumai hingga Malaysia.